-- ma
k pertamanya bangun kemudian mencari Ningroem
, tapi ia masih saja mencari ibu
," sahut Ningroem membe
yang berada di ruang utama. Fahmi berjalan menuju kursi kemudian mereba
hmi bersikap seperti
asih n
seolah enggan untuk menja
i uduk buat Aa di dapur. Makan sekarang gih.
nya. Yang masih berada di dalam kantong plastik. B
an ya,
elangkah ke dapur, untuk mengambil n
n buat Aa, kalau kurang
dian duduk di lantai yang beralaskan karpet. Tangannya perlahan membuka kantong pla
i itu bagaimana nasibku dan kedua anakku? Ya Allah semoga saja tidak. Kembalikan Bram padaku ya Allah rasanya aku belum sia
untuk mengerjakan rutinitas sor
rong, ngerumpi di depan kontrakan Ningroem di t
lowongan kerja enggak?"
ayar bulanan mau?" sahut Yesi tetangga kontrakan menjelaska
ingung kan
?" tanya Ratna yang ingin tah
ali ngasih uang," jelas Ningroem memberik
u sedang di uji," ucap Yesi
tu gak mungkin aku mau sa
lama belum punya-punya anak tapi suamiku tetap say
s Bram marah keterusan. Aku sih bisa saja puasa tapi
ng masalahnya. pasti ada jalan keluarnya pu
ur, aku mas
utra kecilnya masuk ke dalam rumah, kemudian diletakkan di tempat tidur yang dijagai
elapan pintu yang satu pintunya diharg
terbangun. Setelah mengintip dari kaca jendela dengan menyingkap tirai gorden. Ia melihat Bram yang sedang mengetuk pintu dengan tangan t
dengan ciuman yang bertubi-tubi. Ningroem berusaha menghindar namun Bram malah semakin kuat memeluknya, mendorong tubuh indah Ningroem ke kursi panjang. Sehing
. Pada akhirnya Ningroem hanya bisa pasrah walaupun tak terima dengan perlakuan Suaminya
buruk. Wanita berlesung pipit tidak diberikan nafkah berhari-ha
an. Rintih Ningroe
ulasnya, sehingga tidak mendengar tangisan
i lantai setelah tadi memaksa N
nya. Dengan sisa kekuatannya ia perlahan bangkit untuk memunguti pakaian yang
suaminya. Bagaimanapun ia tidak tega membiarkan tubuh suaminya kedinginan tanpa sehe
har
inta Bram dari
elanja," sahut Ningroem menjelaskan jika
ak kelaparan?" tanya Bram hera
mi nasi uduk," sahut Ni
ah tapi tetap bisa makan," timpal
erja. Itu hanya untuk membantu bukan kewajiban. Bukankah ada hadisnya di dalam Al-Qur'
ja." hardik Bram mulai emosi dengan perkata
l
i mulus Ningroem, otomatis wani
inya yang baru saja ditampar oleh suaminya. Terasa panas sekaligus saki
terisak karena dadanya terasa sesak seketika seperti terhimpit batu besar sehingga susah untuk bernafas. Ningroem tidak terima karena Suam
pa diberikan nafkah. Itu dosa untuk Bram. Wanita berlesung pipit tidak ingin membenarkan tindakan suaminya yang jelas-jelas
ang terbangun karena kage
get ya," tanya Ningro
mudian menggendong Denis yang menangis, menghapus
jaga kewarasan dirinya. Ningroem mencoba mengambil nafas untuk mengurangi ras