, Mbok? Saya bayar lunas
yang ada di meja dapurnya dengan kasar. Usia mbok Inah lebih muda dari emak, tetapi entah mengapa tidak
ggaanmu udah pulang,
bali lembut. Emak menggenggam tanganku seraya menepuk
uh ribu," Mbok Inah
" kutarik lengan Emak lembu
eli minyak sama
an juga ayam dan bumbu dapur lainnya. Sempat terdengar sebel
gula dan minyak juga satu kilo, ya," ucapku, sera
g belanjaanku, tak lupa mulutnya i
ah masam gitu, mukanya," Ibu mengedipkan
ditambah hu ... tang," Mbok Inah m
t puluh tiga ribu," jemarinya s
nyerahkan uang lima puluh ribuan sebanyak t
t, tetapi dengan cepat me
embalia
p emak seraya mengangkat
i miskin udah jadi kaya," ucapnya pelan, te
ak sudah menarik paksa untuk
ntinya. Emak kalau belanja cuma kesa
lutnya jangan lemes," memonyongkan bibirku,
dikirim bang Ilham t
ya, dan memandang lekat. Ada air ma
ak dulu, kamu juga pasti sudah lapar dan butuh istira
ukanlah waktu yang singkat. Ah, sejenak akan kulupakan dulu
*
hnya kampungku, tidak ada suara kendaraan yang berlalu lalang. Berbeda dengan di kota, kendar
ang, dibacanya pelan. Terdengar su
ucap kedua lelaki
aikums
at, nduk?"
asaan bapak, pasti selalu mengabsen anak-
hanya mengingatkan saja. Karena terkadang ada orang yang sudah dengar adzan, t
ah sudah lunas. Tadi Nia sudah membayarnya,"
, ko
kulirik Taufik yang tengah
ya juga, Kak?"
Maksudny
uh ribu. Tapi kalau di kedai mbok
ullah, be
aka akan ditambah dengan persen bunga per hari dari jadwal pembayaran yang telah ditentukan. Maka apabila telat sehari membayar, maka
a ini, tidak cukup untuk Bapak dan Emak," tanyaku pelan. Kulan
rdengar terkecuali suara jangkri
an pertanyaank
jawaban Bapak dan aku paham bahwa ini bukan
*
h menit. Bapak dan Taufik sudah pergi setelah subuh, ke kebun yang ada di kampung se
r
r
ke telepon genggamku,
kolah ya. Tepat pukul delapan, jangan te
bu bos]
, teman kecilku dan juga tenaga pengajar di seko
mengajar?" Emak sudah
kasih kabar, kalau besok, Nia
rarti besok kamu d
k gak ke k
tuju berada di kampung Cemara, sedangkan kebun b
n di kantor camat,
Mak!" Emak tak menanggapi lagi jawab
mbok Inah dulu, ya.
lemes mulutnya," ujar em
*
mereka belanja untuk keperluan makan siang. Kulihat ada mbah Sarm
amu'al
mereka serentak, sepe
kaki sampai ujung kepala, dahinya b
g jadi kaya, Nia, anaknya Arman," mbok In
ataan emak, mungkin sudah
Sarmi menghampiriku, kusalami wan
ng emosiku. Ibu-ibu yang lain mencoba terlihat sibuk dengan memilih bah
?" Merk yang kusebutkan memang sedikit mahal dari lainnya. Bukan
skin aja, keluarga miskin aja belagu" ujarnya lagi. Mbah Sarmi mengusap le
ankah hutang emak cuma tujuh puluh ribu? Mengapa Mbok menagihnya menjadi dua ratus lima puluh ribu? Apa Mbok sadar, kalau itu riba? Apa Mbok
t mbok Inah terbuka lebar memandangku, pukulan telak baginya. Kuambil ***ba
ada miskin hati," ujarku seraya meninggalkan kedai tersebut. Masih sempat k
buktikan, siapa yan