kecil di pinggiran kota sendirian dengan mengena
ena tidak mau mengeluarkan uang untuk membayarnya. Juli
ta sang penjual untuk memberinya tambahan pita sutra putih, yang kemudian d
rsi di gereja itu masih kosong -- hanya bebera
li melirik ke gerbang den
datang juga?" keluh Fiona sambil mengerutkan k
ni. Gaun ungu muda dengan riasan halus yang menonjo
ang macet. Kita tungg
Namun, Julita tidak ambil pusing. Yang diinginkannya hanyalah uan
s dilengkapi dengan perhiasan mahal, sambil memegang lengan pacarnya. Dia berjalan dengan arogan ke arah
lyn, menganga kagum ketika melihat Julita. Kecan
uki gereja, pacarnya terus menatap ke arah Julita. Tentu saja dia tidak bisa menolera
erlalu. Julita selalu berhasil memikat hati semua orang dengan
"Percaya atau tidak, aku akan mencungkil matamu. Bisa-bisanya
a itu bahkan terlambat di pernikahannya sendiri. Bagaimana nantinya dia bisa diandalkan? Kelu
. Namun saat ini, mereka sedang berada di tempat umum, dan dia adalah adik perempuan dari pihak pengantin wa
dari betapa arogan dan tidak berperasaannya wanita itu di masa lalu. Namun, dia sudah tidak sanggup menghadapi omong kosongnya lagi. "Je
ihat Julita membentaknya seperti ini, wanit
g di dalam gereja pun terdiam. Tiba-t
asuk. Sinar matahari yang menyilaukan me
nyapu ke kerumunan, sementara bibirnya mengerucut menjadi garis tipis. Dia lalu mengan
mpan seolah-olah Tuhan telah mengerahkan segala upaya untuk menciptakannya. Semua ma