ewek berambut pendek yang duduk di sebelahnya. Tak hanya dia, Mela dan Septi juga demikian. Pasalny
tnya, kemudian berkata, "Hehe. Sorry. Gue lagi baca novel." Sindi dan yang lain mendesah, tapi
au lo mau cerita kalau si Angga ini baik, pacarable, ganteng, so
yang ia baca di novel romansa, dan setiap ia menyukai satu karakter, ia tidak bisa
pti menatap N
a cuma mendengarkan, kini ikut menimpali, pertanda dia
wok se-Indonesia juga masih banyak cowoknya, masa,
nnya tidak ada yang menarik, mereka cuma enggak tahu aja rasanya disakiti be
tahunya sekarang udah tunangan. Nah, si pendiam, Septi, dia cewek paling beruntung di dunia karena cowok yang dia sukai diam-
bertubuh ramping itu memandang Nina lekat. "Semua c
untuk jatuh cinta lagi. "Udahlah, nanti cowok juga dateng sendiri. Ng
a malah kek kutub es!" sungut Sindi. Sepertinya dialah ya
emannya jalan bareng sama pacarnya. Sementara ia hanya mengurung diri di apartemen sambil pura-pura asyik membaca novel online di platform yang semakin lama
eminar." Akhirnya satu-satunya yang bisa Nina lak
rgi meninggalkan kantin. Berbeda jurusan dengan teman-tem
na makalah dari dosennya sudah ia kerjakan kemarin dan tinggal menunggu di-acc, mela
i mana kelasnya berada. Tidak ada kuliah lanjutan, jadi Nina
He
mata bertengger di matanya yang tajam. Namanya Resky Bimantara
da untuk dipanggil Bapak, se
ekat, canggung.
i bingung. Kemejanya memang
ih jadi merah," katanya lagi yan
k, Nina berdecak. "Nggak jelas banget, s
rik lengannya kasar hingga Nina menabrak dada Re
ahangnya tegas, bersih dari rambut. Hidungnya mancung seperti perosotan anak PAUD. Tidak hanya itu, b
Ap
ndorong tubuh Resky. "Maa
elakang kamu merah," uc
belakang kemejanya dan .... "B
tu dengan tasnya. Ia memandang malu Pak
gangkat al
ni, saya nggak mungkin p
gu di
elaki itu sudah buru-buru berlalu. Alhasil, cewek itu memilih bersandar di poho
i, tapi malangnya baterainya habis. Maka, dengan perasaan dongk
ky, kenapa bisa seganteng itu
menepuk-nepuk kepalanya karena sempat berpikir iya-iya. "Kayaknya gue
i bekerja sama untuk menciptakan khayalan-khayalan yang membuat Nina bergidik ngeri. M
n plastik bertuliskan na
yak, Pak," uc
i plastik di tangan. Ingin rasanya ia menangis sekarang saat
na ada kemeja hitam size XXL dan secarik kertas bertuliskan, "Saya nggak tahu
l Nina. Namun, meski demikian, ia tetap mel