Di antara teman-temannya, hanya Nina yang masih stay dalam status jomblo sejak lahir. Katanya hidupnya membosankan karena selalu berkutat pada tugas, menulis, dan rebahan. Sampai akhirnya ia bosan dengan rutinitas harian monotonnya dan secara ajaib, ia menemukan aplikasi kencan anonim yang mana penggunanya bebas berinteraksi tanpa mengganggu privasi lantaran saat bertukar pesan, para pengguna menggunakan email pribadi. Dan apes bagi Nina, karena iklan yang ia pasang di profil dibalas oleh dosennya yang cupu.
"Sumpah, ya, Nin, gue kalau bareng lo tuh ngeri tau nggak?" Sindi melayangkan protes pada seorang cewek berambut pendek yang duduk di sebelahnya. Tak hanya dia, Mela dan Septi juga demikian. Pasalnya, sejak nongkrong di kantin, satu temannya ini cuma mantengin Hp sambil cengar-cengir enggak jelas.
Masih dengan mulut tersenyum lebar, Nina menutup ponselnya. Cewek itu memandang sahabat-sahabatnya, kemudian berkata, "Hehe. Sorry. Gue lagi baca novel." Sindi dan yang lain mendesah, tapi cewek berponi lurus itu melanjutkan, "Ceritanya keren, loh. Jadi, tuh, ada cowok namanya Angga-"
"Bentar," sela Mela. Ia menelan kasar basreng di mulutnya. "Kalau lo mau cerita kalau si Angga ini baik, pacarable, ganteng, so sweet, please stop. Oke? Ngayal, tuh, sama yang nyata aja, Nin."
Wajah Nina berubah cemberut. Sudah menjadi kebiasaannya menyukai cowok-cowok fiksi yang ia baca di novel romansa, dan setiap ia menyukai satu karakter, ia tidak bisa diam barang sedetik dan tidak menceritakan kekagumannya pada sahabat-sahabatnya ini.
Sindi dan Septi menatap Nina prihatin.
"Iya, Nin. Lo cari yang nyata aja." Septi yang biasanya cuma mendengarkan, kini ikut menimpali, pertanda dia sudah bosan dengan cerita-cerita Nina pacar halunya itu.
Sindi mengangguk. "Persentase jumlah cewek dan cowok se-Indonesia juga masih banyak cowoknya, masa, sih, satuuu aja nggak ada yang bikin lo tertarik?"
Muka Nina yang hanya dipoles make up tipis itu tampak semakin mendung. Bukannya tidak ada yang menarik, mereka cuma enggak tahu aja rasanya disakiti berkali-kali. Kisah asmara mereka manis, enggak ada pahit-pahitnya sama sekali.
Misalnya Sindi. Dia jatuh cinta sama Raffa, pedekate, enggak lama jadian. Terus si Mela, sejak SMP naksir berat sama Dion, eh tahunya sekarang udah tunangan. Nah, si pendiam, Septi, dia cewek paling beruntung di dunia karena cowok yang dia sukai diam-diam ternyata suka dia diam-diam juga. Ya, pokoknya cuma Nina yang masih betah jomlo sejak lahir karena keseringan di-ghosting.
"Nin, dengerin gue." Mela memegang pundaknya. Cewek bertubuh ramping itu memandang Nina lekat. "Semua cowok nggak sama kayak yang udah pernah ninggalin lo."
Ternyata Mela tahu alasan kenapa Nina masih enggak mau membuka hati untuk jatuh cinta lagi. "Udahlah, nanti cowok juga dateng sendiri. Nggak perlu dibawa ribet," jawab Nina sambil menyingkirkan tangan Mela.
"Ya bakalan percuma kalo tiap ada yang deketin lo, lo-nya malah kek kutub es!" sungut Sindi. Sepertinya dialah yang paling kesal dengan rutinitas Nina yang itu-itu saja.
Nina mengembuskan napas kasar. Ia memandang titik-titik embun di luar gelas berisi jus alpukatnya. Sebenarnya, ia juga sering merasa kesepian setiap teman-temannya jalan bareng sama pacarnya. Sementara ia hanya mengurung diri di apartemen sambil pura-pura asyik membaca novel online di platform yang semakin lama justru mengurungnya dalam jurang kesunyian. Ia butuh teman. Bukan teman ngobrol seperti teman-temannya ini, tapi teman yang bisa menghapus kekosongan hatinya.
"Gue mau ke perpus, mau ngerjain proposal buat seminar." Akhirnya satu-satunya yang bisa Nina lakukan hanya menghindar sejenak dari teman-temannya.
Lesu ia menggendong tas selempangnya, lalu melenggang pergi meninggalkan kantin. Berbeda jurusan dengan teman-temannya membuatnya lebih mudah berbohong saat ingin sendiri.
Kali ini, Nina benar-benar ke perpustakaan. Bukan untuk mengerjakan proposal, karena makalah dari dosennya sudah ia kerjakan kemarin dan tinggal menunggu di-acc, melainkan untuk merenungi nasib sambil melihat lalu lalang mahasiswa dari jendela perpus.
Perpustakaan berada di lantai dua, tidak jauh kampus dua, di mana kelasnya berada. Tidak ada kuliah lanjutan, jadi Nina bebas berada di perpus. Ia sedang malas di apartemen. Sepi.
"Hei!"
Nina berbalik, dan menemukan sosok dosen jangkung dengan kacamata bertengger di matanya yang tajam. Namanya Resky Bimantara, dosen sintaksis yang pernah mengajarnya. "Bapak panggil saya?"
Sebenarnya Resky terlalu muda untuk dipanggil Bapak, sebab umurnya masih 27 tahun.
Lelaki itu mendekat, canggung. "Baju kamu putih."
"Ha?" Nina mengerutkan dahi bingung. Kemejanya memang putih, dan masalahnya apa?
"Anu, maksud saya baju kamu putih jadi merah," katanya lagi yang semakin menambah bingung Nina.
Karena sedang dalam mood yang tidak baik, Nina berdecak. "Nggak jelas banget, sih." Lalu, melenggang pergi begitu saja.
Tapi, si dosen berkacamata kotak itu malah menarik lengannya kasar hingga Nina menabrak dada Resky yang ternyata tidak kurus itu. "Kamu bocor."
Nina terpaku saat matanya tak sengaja mengamati setiap sisi wajah Resky yang jauh dari kata culun. Rahangnya tegas, bersih dari rambut. Hidungnya mancung seperti perosotan anak PAUD. Tidak hanya itu, bibir Resky yang tipis namun seksi itu membuat Nina nyeletuk tanpa sadar, "Fiks, orang-orang pada buta."
"Apa?"
Tersadar, Nina sontak mendorong tubuh Resky. "Maaf, tadi Bapak bilang apa?"
"Kemeja putih bagian belakang kamu merah," ucap Resky kembali gugup.
Nina buru-buru mengecek bagian belakang kemejanya dan .... "Bapak, kenapa nggak bilang, sih!"
Cepat-cepat ia menutupi bagian merah itu dengan tasnya. Ia memandang malu Pak Dosen. "Pak, boleh minta tolong nggak?"
Resky mengangkat alis. "Apa?"
"Dalam kondisi kayak gini, saya nggak mungkin pergi beli pembalut. Jadi-"
"Tunggu di sini."
Belum sempat Nina mencegah untuk memberitahu merk pembalut dan memberi uang, lelaki itu sudah buru-buru berlalu. Alhasil, cewek itu memilih bersandar di pohon pinus, menyembunyikan bagian belakang tubuhnya dari mahasiswa lain yang lewat.
Nina mengambil ponsel di saku kemeja, berniat menghubungi Sindi, tapi malangnya baterainya habis. Maka, dengan perasaan dongkol, ia menunggu Pak Dosen sambil memainkan kerikil di bawahnya.
Ngomong-ngomong soal Pak Resky, kenapa bisa seganteng itu, ya, pas dilihat dari dekat?
Nina menghentikan menggeser kerikil dengan flat shoes-nya, kemudian menepuk-nepuk kepalanya karena sempat berpikir iya-iya. "Kayaknya gue beneran harus berhenti baca cerita romance, deh. Otak gue jadi mesum."
Tapi, saat lelaki itu kembali membawa dua plastik hitam, seluruh hormon-hormon seperti bekerja sama untuk menciptakan khayalan-khayalan yang membuat Nina bergidik ngeri. Menggeleng lagi, ia memejamkan mata kuat, mengenyahkan pikirannya yang sudah berlebihan.
"Ini." Resky menyerahkan plastik bertuliskan nama toko yang ia datangi.
"Makasih banyak, Pak," ucap Nina kikuk.
Berdehem pelan, Resky meninggalkan Nina. Nina pun membuka isi plastik di tangan. Ingin rasanya ia menangis sekarang saat membaca ukuran pembalut yang Pak Dosen beli. "What?! 39 cm?!"
Dibuka lagi plastik satunya lagi, kekesalan Nina makin membesar. Karena di sana ada kemeja hitam size XXL dan secarik kertas bertuliskan, "Saya nggak tahu ukurannya. Jadi, saya pilih yang paling besar. Nggak perlu diganti. Ini gratis."
"Ini orang niat nolongin nggak, sih?" dumel Nina. Namun, meski demikian, ia tetap melangkah menuju toilet untuk berganti pakaian.
Demi menyekolahkan keponakannya, Renaldi, Sam Rahardja rela menjadi kurir narkoba dengan bayaran sedikit karena harus dibagi dengan temannya yang super pelit, Galih. Namun, suatu ketika Galih mengatakan kalau Sam harus mencari pekerjaan lain lantaran ia ingin berhenti jadi kurir narkoba dan pulang kampung. Sam yang keuangannya menipis, memutar otak, memikirkan pekerjaan apa yang bisa dilakukan seorang luusan SMP sepertinya di ibu kota. Ketika itulah Sena datang dengan segala pengetahuannya tentang masa silam keluarga Sam beserta ancaman: kalau Sam tidak mau bekerja dengannya, Sam akan dilaporkan ke polisi karena mengedarkan obat terlarang, dan Renaldi tidak bisa sekolah. Akhirnya, Sam menerima tawaran Sena. Sayangnya, penyesalan datang terlambat. Pekerjaan yang Sena tawarkan adalah pekerjaan menjual diri.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya. "Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut. "Ahhh..." *** Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya. Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu. Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya. Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.
"Anak-anak manis, kalian tidak apa-apa?" Kedua anak kembar itu mendongak, wajah mereka sudah dibasahi hujan dan air mata. Mendadak, kedua anak itu berteriak keras sambil memeluk Althea. "Mamaaaa...!!" "Wait... Mama? Siapa Mama?" "Eh, tunggu. Kalian siapa?" tanyanya bingung. "Oh, ada mamanya. Bagaimana kerja kamu jadi jadi orang tua, hah! Anak dibiarin hujan-hujan. Lihat, nih, saya hampir jatuh karena ngindarin anak itu!" Althea, seorang dokter muda mandiri yang tidak mengenal kata manja. Ia dibesarkan oleh orangtua tunggal, Mama-nya, setelah Papa-nya meninggal karena terlambat mendapat penanganan medis. Sang Papa adalah pekerja keras yang memilih meninggalkan kekayaan keluarganya dan hidup bersama Mama-nya. Setelah kepergian Sang Papa, Opa dari Papa-nya kembali datang untuk membawa Althea dan Mama-nya masuk menjadi bagian keluarga. Ketulusan dan kebaikan hati Althea dan Sang Mama membuat Opa-nya begitu menyayangi dan mempercayakan seluruh asset-nya untuk mereka kelola. Hingga di akhir hayatnya, Sang Opa mewariskan seluruh asetnya kepada keduanya. Hal ini menimbulkan konflik dengan Sang Tante serta sepupu-sepupunya. Kelembutan hati Althea membawanya bertemu dengan sepasang anak kembar yang telah ditinggal meninggal oleh Mama-nya sejak kecil. Rasa senasib karena harus hidup dengan orangtua tunggal, membuat Althea sangat memahami kesepian anak-anak itu. Terbukti dengan begitu mudahnya ia dekat dan sayangnya Althea pada kedua anak kembar – anak tetangganya itu. Kedekatannya dengan anak-anak itu membuat mereka merasa aman dan bergantung pada Althea. Siapa sangka, kasih sayangnya pada anak-anak itu membawanya pada kisah cinta yang tidak biasa namun tetap indah. Sementara itu Evander, duda keren beranak dua, tidak pernah menyangka bahwa usahanya untuk membentengi diri dari wanita demi anak-anaknya, justru dibuat kembali merasakan jatuh cinta seperti anak remaja oleh seorang wanita unik. Kisah cinta mereka tidak semulus jalan tol, juga tidak secantik taman bunga, tapi cukup menggemaskan dan penuh tantangan.
Axel Biantara Wijaya, pria tampan yang sukses menduduki posisi sebagai CEO PT. Wijaya Karya Reality. Salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang property yang memfokuskan bisnisnya di pengembangan property dan reality termasuk layanan konsultasi dan kontruksi. Axel digadang-gadang sebagai pria tertampan di Indonesia yang memiliki tubuh atletis serta wajah blasteran idola kaum hawa. Axel sangat terkenal, melebihi aktor papan atas sekalipun. Setiap hari selalu ada saja berita ekslusif terkait dirinya. Bukan hanya terkenal karena kesuksesannya di bidang bisnis tetapi dia juga dengan skandal-skandal dengan berbagai artis dan model baik di Indonesia maupun luar negeri. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Aulia Putri. Wanita cantik pintar dan mandiri. Aulia berasal dari keluarga yang sederhana sehingga dia sudah biasa hidup mandiri. Dari kuliah sampai kerja dia sudah mampu membiayai hidupnya sendiri, dengan upaya yang sangat luar biasa. Setelah bertemu Aulia ada hal yang terasa berubah di hidup Axe. Apakah itu cinta? Apakah Axel bisa berubah?l
Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian, dia punya kekasih begitu juga dengan aku. Tetapi entah siapa yang memasukkan obat ke dalam minuman ku, sehingga benar-benar lepas kendali.
Arsyla adalah seorang wanita berumur 23 tahun, dan dia sudah memiliki suami yang bernama Edi. Usia Edi terpaut 3 tahun lebih tua dari Arsyla. Meski pernikahan mreka sudah beranjak 2 tahun, tetapi mereka belum di karuniai seorang anak. Edi maupun Arsyla tidak memusingkan akan hal itu, karna menurut mereka ekonomi keluarga harus bagus terlebih dahulu. Edi yang hanya bekerja sebagai OB di salah satu supermarket, dengan gajih pas-pasan masih harus menanggung kebutuhan sekolah adik adik-nya yang yatim, dan Arsyla pun tidak keberatan dengan keputusan itu. Sore itu Edi baru pulang dari kerja, iya pulang ke kontrakan yang dia tinggali bersama arsyla. Walaupun kontrakannya
Dimasa lalu dia tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena jebakan seorang perempuan yang adalah teman baiknya hingga dia harus terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan, dimasa kini siapa sangka dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan mantan kekasihnya, tanpa sengaja terlibat skandal one night stand dan tanpa di duga rupanya itu adalah putri mantan kekasihnya. bagaimana kelanjutan hubungan mereka? apakah restu akan mereka kantongi untuk menuju ke jenjang yang lebih serius?