ka basa-basi.
il saj
ama yang
ang tungkainya dengan gerakan sensual-menyingkap sebagian kulit paha yang halus, lantas mematikan puntun
ku. Anggap saja itu cara kami bekerj
minuman beralkohol yang baru saja dia pesan beberapa menit lalu-dengan hati-hati.
menyebutmu Tuan
u tanpa balas memandang ke arah wanita cantik y
ta sepakat de
tarif yang pantas untuk pelayanan yang kau berikan.
elum pernah ada yang secara terang-terangan menyebutnya serendah itu. Pria bernama Marco yang ada di hadapann
suatu dalam nada bicaranya yang menciptakan sensasi gentar di kedua lutut Leah sewaktu merek
elli. Aku setuju," sahut
s uangnya untukmu. Kau hanya har
asnya sambi
erasa segugup itu sebelumnya. Pria mana pun yang akan menggunakan jasanya sela
ka darinya. Pria itu menyipitkan mata, lantas berujar, "Mengapa kau berpe
berdeham-deham membersihkan tenggorokan sesaat sebelum memberikan jawaban.
tama' yang masih belum cukup lama berlalu. Usianya akan genap dua puluh tahun bulan depan
k sabar ingin mem
kumis tebal itu-untuk mendekat. Dia memberi perintah dalam aksen Italia-nya yang kental. Detik berikutnya,
denganku
n diri yang sempat dia punya. Keadaan yang semula nyaman otomatis berubah menjadi
o yang menangkap gela
-ti
yang terakhir kalinya. Ap
Leah yang seketika
Kedua adalah kembali lagi pada alasan yang pertama; uang. Dia menggilai dolar sep
rtemennya. Wanita itu menghamba pada setiap sen yang masuk ke dalam rekeningnya sebagai imbalan dari ke
masuk dan melakukan tugasnya. Wanita itu sempat tercengang dengan nuansa kamar yang
atu malam mereka. Dengan tujuh sosok pengawal yang selalu berjaga di dekat pintu dan punya gaya searogan dirinya
Marco yang masih menonton
mena
darkan tubuhnya. Dia memindai ekspresi wajah Leah, lantas mengangg
h, Tuan Bo
kakinya. Dia menurut-mematuhi Marco yang tetap bergeming di tempat duduknya, kemudian menanggalkan semua pak
mun, dia justru terlihat kaku dan konyol di sana. Marco pun be
icit Leah yang kedua pipi
rco yang kembali mengu
penari, Tuan Botti
bakat yang
erjap bingung dan menyah
hanya cantik dan men
gapa
inginkannya. Itu saja. Mende
ndi-pundi lebih yang akan membuatnya sanggup untuk menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan dalam menit-meni
ah kaki Marco-menarik ujung kemeja yang menutupi pengait gesper-agar dapat melepaskannya dari pinggang si
tsleting itu bersama sisa kain pelindung yang terakhir. Kesiap syok sontak mengudara lewat mulut Leah yang
dahmu," titah Marco deng
*