. Dibalut gaun putih bersih, sedikit sentuhan gliter di tiap-tiap ujung gaun. Tidak bi
n, tanpa disuruh--- bibir mengukir senyum seindah kepakan merak. Sungguh berbe
ngkilap tanpa celah. Dada yang menggembung tidak mencolok, menambah kegagahanya. Namun, wajah tidak memunculkan ekspresi apapun. Di hari sakral ini, hati mana
enyum hangat dan rasa saling menghormati. Langsung sirnah, dirinya benar-benar bodoh memikirkan itu! Jangankan mengharapkan dari mempelai pria, yang baru k
-
pembuka agama. Mereka bak robot, mengikuti perintah dari tuannya. Tidak ada seo
ikuti langkah seorang pria yang menjulang tinggi. Merasa, dia sebahu dengan pria ini. Oh tidak! Dia sekarang menjadi suaminya. "Bagaimana aku men
kokohnya. Menurut penglihatan mata hazel gadis ini, tidak menyentuh dia. Bisa merasakan hawa dingin, yang terpancar tidak bisa didekati
bisa be
gung Zhang xi guan. Mulut kecil mengerucutkan, sisi kekanakannya timbul. Tidak salah dia begitu, dengan usia muda yang h
guan. Mencoba perkataan manis, "Emmn tidak, aku t
yahuti perkataan Jing xi. Sepatu kulit hitam, langsung menuju ke dalam mobil. Be
enghantui dirinya. Manik terus-terusan menoleh ke arah Xi guan, mau bertanya, tapi takut. Lirikan itu dibalas dengan putaran mata cepat. S
di rumah pribadi Xi guan. Keluasan dan kemegahan bangunan ini, tidak bisa diragukan. Warna putih melapisi bagian dalam, di luarnya diberi nuansa gold. Balkon yang besar dan tinggi, pagar yang cantik di ukiri bunga. P
akan turun, Tuan
eluar, sedikit kesusahan, ujung gaun menyapu lantai. "Kapan dia turun? Tidak mengajakku! 'Kan ini r
kan hati. Dirinya rapuh, siapa yang akan menolong? Tentu saja, itu diri sendiri. Jalan menuj
aa
h besar nan megah ini. Mata Jing xi masih merapat, menikmati sedetik udara segar di tutupan pintu. Kembali membuka mata, manik melebar menampak k
uka Dia-dia, melepas jas, menyisakan kemeja tanpa kancing. Di balik kelap-kelip kemeja putih, bisa mengintip ada gradasi bak polisi tidur berbaris dari atas perut hingga di ulu hati. Kalau dihitung, mungkin
-ba
gan paksa. Membuat suara napas yang cukup didengar oleh Xi guan. Pria ini meninjau ke bawah, sedikit lirikan ke bela
bisa melanjutkan perkataan. Bibir telah menumbuhkan senyum, yang tidak bisa ditahan. Memang awal mula membenci pernikahan. Semakin sering meli
an berkeringat, gugup. Satu sisi mendambakan cinta dari orang lain. Mau bagaimana lagi, ayahnya tidak terlalu memperhatikan. Walau begitu, Jing xi selalu berbuat baik kepada sang ayah, guna mendapatkan ka
-
ntu hitam. Entah apa yang menunggu di dalam sana. Tangan ramping, dihiasi cat kuku berwarna stroberi yang cantik nan manis. Mulai membuka gagang pintu, kaki kanan melangkah lebih dulu. Memastikan seluruh badan berada di dalam. Memb