di rumah sakit dan suas
rajiun.." kata Dokter s
Resti dan Donn
*
esti. Ia nampak duduk termenung di bangku kamarnya menghadap jendela kamar yang langsung ke arah t
ci dateng ke rum
ja bersama Kanya. Jadi niat Suci ingin membicarakan p
hidup dan punya segalanya tapi berlian di hidup
nguatkan. Padahal mereka pun sangat sedih dan ingin menangis sekencang-k
. Suci sudah siap kapan saja kakak butuhkan di perusahaan. Karena untungnya bisa lebih cepat resign dari waktu
ang kemungkinan Senin kamu sudah bekerja.
p, K
pur. Ia bersiap menemui Kanya. Pes
Ada urusan. Kamu sama Suc
awab dan Donny
Mas Donny, Ci. Kamu bisa ba
saja kak apa yang bisa
bukakannya pintu oleh Kanya. Bibirn
et sih!" g
ain! Kadang aku jadi bingung sama hubungan ini. Kamu selalu minta aku mengerti, tapi
agi mual dan butuh kamu, kamu lagi
Sabar dong. Wajarlah aku lebih u
adil. Aku tinggal di rumahmu k
k ketemu aku setelah ak
mulai terengah-engah penuh emosi. Ia
epaskan aku," k
at dia berdiri. Berjalan kesana kemari di appartement yang tak
ksudku sayang. S
yang m
ny mendekat ke arah Kanya dan memegang ke
iya maaf. Aku turut be
n TV. Tak lama wajah Kanya disentuh
encint
*
paar..." r
ur ayam lima porsi di tempat
ik,
masuk Dita dan Deshinta. Resti pun tak luput dari pengawasan Bi Inem. Karena s
lang. Resti sudah tidak memperdulikannya. Segala mac
ku Kanya. Kabarnya dia lagi hamil kak, tapi nggak jelas siapa ayah
arnya. Ia hanya berharap ha
dan menyiapkannya untuk dimakan. Mereka semu
a anaknya sangat kurang kasih sayang orangtua dari kecil. Ak
makan Deshinta
Deshinta sambil menciumi tangan dan pipi Resti. "Mama yang kuat
gi. Ia tersadar masih ada dua anaknya yan
bu yang baik ya?" tanya Rest
uskan untuk banyak di rumah mengawasi anak-anak," jawab Suci menenangkan. "Sekarang Suci akan selalu
m. Ia teringat akan omongan ibu mereka ba
*
pun
rumah di t