NG SANGAT
yang tengah tertunduk dengan bahu terguncan
an sekeji itu, Wulan!" Wanita yang bersimpuh di depannya ta
a yang dilakukannya di belakangku. Ternyata selama ini
enjalankan kewajibannya yaitu menafkahi anak kandungnya. Seharusnya kamu memper
membagi perhatiannya pada wanita lain. Aku hanya ingin
Kita harus punya watak Nrimo. Ingat, tidak semua yang kita inginkan a
k Wulan dengan wajah khawatir. "Aku takut dia m
tercetak di dahinya. Putrinya masih bersimpuh dide
ga baginya, selain putrinya itu. Ia bahkan rela melakukan ap
erhatian dari orang tuanya. Dulu, saat ia sibuk dengan urusanny
aja. Ia justru semakin jarang pulang ke rumah, membiarkan Wulansari h
h sayangnya, tapi kesadaran itu datang terlambat. Wulansari sudah menjelma menjadi sosok wan
n dengan tanganmu sendiri
Saat marah, tanpa sengaja aku bercerita pada Subandrio. Aku cuma bilang, ingin sekali membuatnya jera dan menjauhi Kang
nya jika Narendra tahu kau menemui lelaki lain? Apa yang akan dipikirkannya?" be
i ia berusaha menahan diri. Saat ini, posisinya sangat tidak menguntungkan. "Lalu pada siapa aku bisa berkeluh kesah, Bap
rang lain untuk menyelesaikan masalahku. Sementara orang tuaku menganggap hidupku sudah sangat nyaman dengan hanya menyo
pi masalah? Selama ini sebenarnya ia memang kurang peduli terhadap kehidupan putrinya itu. Ia
aat ia berada dalam keadaan terjepit atau tertangkap polisi, bisa saja ia menyebut n
angat menyayangiku. Dia bahkan rela melakukan a
apa yang sudah kau berikan padanya, Hah?!" Kembali Wulansari tersentak. Ia sadar, ia baru
unduk. Hatinya
meminta Subandrio untuk pergi sejauh mungkin dari daerah ini dengan imbalan ua
a mengang
a. Pulang ke rumah yang kini ditinggalinya bersama Narendra, suaminya. Dengan dibonceng motor bebek berwarna
sifat keras kepala dan lumuh kaunggulan yang dimiliki putrinya itu suatu saat akan men
*
ahan pohon dipinggir jalan setapak yang dilaluinya. Itu adalah sebuah isyarat bahwa pemilik kai
n memintanya untuk menunggu karena ia butuh untuk segera ke sungai yang
ng agak jauh dan tersembunyi dari pandangan kedua abadinya. Buang air kecil hanyalah alasan sa
engan warna cerah yang membalut tubuhnya tak sampai basa
enarik tubuhnya ke dalam pelukan lelaki berdada
aki yang telah lancang memeluk tubuhnya, Wulansari melayangk
eperti ini lagi!" sengi
Aku rindu padamu!" tanpa memperdulikan pukulan di dadany
Aku tidak sedang sendirian." bisiknya seraya melirik
rsamamu. Rasanya hampir gila aku jika tidak bertemu den
us berhati-hati. Malam ini Narendra akan pulang. Jangan menandaiku! Aku akan berusaha men
Kalau begini terus lama-lama aku bisa gila. Aku akan menyelinap ke rumahmu nanti malam.
ditempat biasa besok tepat tengah hari. Saat itu sungai sedang sepi. K
ndrio dari sekitar rumahnya. Ia be
nji
a ini, pernahkan aku
k siang." akhirnya Subandrio menyerah setelah Wulans
"Tunggulah, besok akan kureguk sepuasnya, hingga hilang dahagaku!" bisiknya seraya mengusap set
kembali!" bisik Wulansari. Tangannya menjauhkan tangan nakal Subandrio dari t
hkan Subandrio dari dirinya. Menghindarkan dirinya dari masalah y
esona milik Narendra, suaminya yang tengah tertidur pulas dengan rona p
an dilakukannya, adalah untu
*