uhkan buku novel yang dia sedang baca, wajah Jihan terlihat sangat kesal lalu mengumpat saat melihat siapa yang mengagetkannya. Jihan langsung memaki pria yang telah
angan jantung gara-gara ulah lo?!" Teriak Jihan lalu mengej
ertawa, membuat Jihan semakin geram. Karena sudah geram dengan tingkah Septian, Jihan lantas mencopot sepatunya kemudian melemparkannya kearah Sept
kepalanya, dia menghentikan langkahnya
awa terbahak-bahak karena lemparannya mendarat tepat sasaran mengenai kepala Septian
k jadi-jadian!" Cetus Septian yg kini masih mengel
rapa mahasiswa yg melihat perdebatan antara Ji
lo! Kembaliin gak sepatu gue." Jihan pun menatap tajam kearah Septian. Lalu dengan langkah terpa
terima. "Lo tuh cewek jadi-jadian. Gak tahu apa kalau cewek-cewek pada ngantri sama gue?" ujar Septian
gantri buat musnahin
rsenyum saat menyadari bahwa sepatu gadis itu kini ada ditangannya. "Lo
nya yang berada ditangan rivalnya itu. Sambil kini memegang sepatu Jihan, Septian pun meny
an. Lalu Jihan pun semakin mendekat pada Septian. Namun bukannya memberikannya, Sep
isa ambil sini!" teriak Septian yang kini sudah kembali
t orang-orang yang berada disana menatap kearah Jihan. Mereka bingung dengan Jihan yang tiba-tiba berteriak dengan sa
ke gue, wlek...." Septian berlari lagi
iak Jihan saat melihat Maura
pun langsung memegangi tangan Septian. Apa yang
Jangan lepasin dia, Ra, Gue mau kasih pelajaran sama sih curut." Jihan dengan semangat meng
manis, gue mohon," bisik Septian mencoba sedikit memuji Maura. Dia memohon den
anget sih," M
epaskan cekalan tangannya pada Septian. Namun
Kini dia pun kembali berlari menjauh dari Maura dan Jihan. Maura yang mendapatkan pujian dari Sep
angan lepasin dia, kan gue pengen ngasih pelajaran sama dia, Ra!!!"
a kalau lihat lo marahin dia. Apalagi sampai maki-maki dia d
ng banget dirayu sama sih curut." Jihan yang memang sedang kesal
k Maura yg baru menyadari kalau J
*
l menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Mendengar putarinya
jadi kusut kayak gini?" Tanya Sabrina. Lalu duduk dis
emeluk mamanya. Mendapat pelukan tiba-tiba dari putrinya, Sabri
engangguk sambil mengerucutkan bibirnya, dia masih kes
h nyebalin banget Mah. Jihan benci banget sama dia!" Rengek Jiha
mama ini, jangan terlalu benci sayang, nanti kamu lama-lam
Mau bersihin badan dulu, lengket banget rasanya nih badan." Setelah bicara seperti itu, Jihan pun pe
ung Sabrina mulai berbicara dan sesekali tertawa entah dengan siapa dia bicara sehingga terliha
sam