img Maduku Adik Kandungku  /  Bab 4 Masa Lalu | 6.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Masa Lalu

Jumlah Kata:2054    |    Dirilis Pada: 18/12/2021

ng sebahu dan bibir yang tipis juga bulu mata lentik bak boneka barbie. Siapa pun yang meliha

u harus selalu mengalah dan memberikan apa pun yang aku miliki dan disukai kepada adik satu-satunya. Aku tak merasa keberatan memberikan apa yang menj

i di sanggar," ucapnya setengah berteri

tas yang selalu ia kerjakan pada sore hari setelah pulang sekolah pasti ia akan menu

ku membantu Ibu di rumah sehari-hari menjual kue basah dan keripik y

ihan,"ucap Ibu dari arah dapur. Namun,

eripik di warung sebelah," ujarku

" jawab Ibu meng

gangguk dan m

anan ibu-ibu PKK di kampung sebelah. Dan juga menitipkan sebagian di waru

capku berhenti di depan

aikum

ripik singkong dan keripik pisang," kataku

dulu sebentar di rumah ibu," t

warung-warung," aku menolak dengan halus tawaran Bu E

ni uangnya," Bu Elsa memb

u!" balasku dengan

ea

kang karena menden

Bay

p sosok pria berkulit putih dan hid

han sepedaku saat hendak meninggalkan rumahnya

enormalkan detak jantung yang sedikit t

g setengah gugup karena be

ya?" katanya dengan memint

?" Aku bal

main kerumah sahabat s

mberi respon apa pun me

ra di sini saja gak u

inggu depan sudah ujian kelulusan. Jadi

h," ucapku melipir pergi ke

ngkan perlombaan cerdas cermat se kecamatan dan mendapatkan juara satu. Dalam hal mata pelajaran aku selalu unggul

aku juga harus menjajakan keripik keliling ke kampung-kampung demi memenuhi standar ekonomi keluarga. Ayahku ha

keras dan semangat mereka bisa menyekolahkanku sampai duduk di bangku SMA. Terkada

hobi menyanyi dan menari. Meskipun ia juga banyak menjuarai lomba tari tingkat daerah.Banya

a masalah sepele pun Ayah dan Ibu tak luput membela Nisa. Maklum Anisa ana

u capek harus mengalah terus kepada adikku dan berusaha protes dengan peraturan yang ditetapkan Ayah dan

inkan apa yang menjadi milik kakak," bentakku kesal pada Anisa yang teru

ang berwarna pink meman

a seperti itu,"ucapnya denga

lagi harus bersedia mengal

pada adikmu," titah Ibu

pi,

ibu mengeras

ikan apa yang diinginkan Anisa. Terlihat Anisa terse

ah, air mata membasahi bantal yang menutupi wajah. Isakku berderai sedih menyisakan batin

ucapku

edan kamu tumpahkan hanya karena permai

a,

engalah pada adikmu. Tapi ... ketahuilah, Nak. Buk

ah," aku memeluk tubuh kurus A

u satu darah denganmu, jadi sudah wajar kalau kamu yang lebih tua banyak

engerti

kitab lauhul mahfudz. Akan mendapat balasan yang baik jika kita berbuat baik. Begitu juga

upeluk Ayah yang selalu sabar menasehati di kala a

kami sudah tiada dan pergi untuk selama-lamanya. Sayangi dia d

elalu menyayangi dan menjaga Anisa. Meskipun kadang

*

g dihormati dan ditaati perintahnya harus meninggalkan selamanya. Sepuluh tahun setelah

makam mereka yang saling berjajar. Setelah kepergian Ayah yang tiba-tiba sakit perut membuat Ibu syok ber

a sakit dadakan dan tidak punya tanda apa pun menjelang kepergiannya membuat kami semua belum siap untuk

mengunjungi makam kalia

am mereka terlebih tuntutan tugas sebagai seorang dokter sangat sibuk hingg

n dia yang sudah terlalu sesat jauh",aku terus saja menangis di ba

ngga Nisa berbuat curang." Aku terus saja berkata tanpa mempedulika

h kamar yang bernuansa biru langit tertata lukisan dengan rapi te

rkata menatap sekeliling

nampakkan sesosok tubuh pria tampan dengan ba

menyodorkan sebuah nampan yang berisi bubur ayam dan teh

aannya. Hati bertanya-tanya bagaimana bi

dengan benar? Apa kita sudah saling kenal?" ce

okter! " pintanya de

dulu pertanyaanku ba

al dulu tidak banyak berubah," ucapny

ngan ucapannya yang tidak m

njebak dan menculikku?" ceca

cil yang harus di cu

seorang wanita separuh baya muncul

batmu dari kecil, masa kam

tot saat Bu Elsa m

," terangnya dengan

tanyaku masih

aya menggaruk tengkuknya yang tidak

ah kita tidak bertemu set

," kubalas senyuma

s. Lalu, melepaskan kembali dan memejamkan mata mengingat rasa peri

ik saja," timpalnya. Seraya

ini? Seingatku tadi aku berada d

ah, lalu tatapan kami saling beradu pa

an di pemakaman dan me

kalau aku ada di pema

k kamu mulai datang ke kampu

capkan Bayu. Bagaimana aku tidak bisa m

iah dengan beasiswa yang kudapat atas kemampuanku sendiri. Aku pergi men

pung halaman dan pindah ke kota agar tidak terlalu jauh dengan tempat berkuliah. Aku dan Anisa satu kos, dengan fasilitas seada

enghemat biaya. Selain untuk biaya hidup, aku juga harus menanggung biaya adikku Anisa d

dijual dan dititipkan ke warung-warung saat jam kuliah selesai. Ini semua kulakukan untuk kelangsu

ya keadaanku yang pontang-panting harus bekerja

mu agar hatimu merasa lega dan tak terhimpit beban

h sejak lama kami bersahabat aku kenal betul semua sifat dan

seperti tomat masak" Ma

eng dan jalan bareng. Tapi kini semua kenangan itu terusik kembali setelah sekian lama kami

*

sam

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY