img TEROR ASOKA  /  Bab 2 Bypass Ibu | 5.13%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Bypass Ibu

Jumlah Kata:2421    |    Dirilis Pada: 10/12/2021

o tetapi saat ini ada yang lebih penting daripada berkumpul dengan ketig

jak datang tapi kini motor merah tersebut menghilang. Tidak ada jejaknya sama sekali padahal Erni memarkirkan di parkiran yang masih beralaskan tanah dan selalu di situ, di bawah

dia pun mengedarkan pandangan ke sekeliling yang mulai

a hati ingin berbalik menuju para sahabat yang pasti tidak akan sungkan

or toilet dan segera menghampi

a legalisir supaya bisa mencari pekerjaan. Pekerjaan lamanya terpaksa dia hentikan karena sang bunda yang sakit-sakitan. S

? Kenapa masih di sin

an menghela napas panjang. Sungguh malas

eraya mencengkram lengan kiri

Apa kamu tidak lihat," balas Erni sengit, kek

busuk gitu aja dicari. Bukannya ka

idak yang tahu tentang keadaan keluarganya, bahkan para saha

dak lah penting. Kamu, lagi butuh uang ban

an mengendap sekaligus rasa penasaran bagaimana b

mbantumu, 20

nya. Erni sebetulnya tidak yakin jika Eriska memiliki uang

lama-lama. Cepat j

ni sangat yakin ada sesuatu y

Kamu nggak tanya dulu aku

isa berbuat semaumu. Melarangku dekat, padahal kami sudah bersahabat sejak sekolah,

embali tersenyum dengan mimik wajah angkuh, me

pa maumu sebenarnya. Jika hanya dengan alasan itu saja aku tidak a

soka hanya milikku, kamu harus paham

takan bagaimana caranya kamu akan membant

"Kamu nggak perlu tahu, yang terpenting kam

u .

sebe

uang makan Flamboyan, Erni segera melepas clemek dan meraih jak

or yang diketahui milik

ke rumah sakit. Ce

bu

, tadi jatuh di k

ak, ma

3 ruang pribadi untuk menemui sang bos. "Pak saya harus ke

rdiri dan berjalan ke meja kasir membuka lac

sa menghitung lembar demi lembar dalam genggaman sang

jual barang lainnya yang ada di rumah. Dia sadar kemalangan malam ini yang menimpa sang bunda akan berakibat fatal. Perasaan tidak enak lebih dari biasanya mendera dan bercokol semakin hebat

duluan. Aku nggak mau ada yang berhutang lagi atau kamu bisa membayar

h mulai perih menahan tangis dan kecewa pada bosnya itu. Bisa-bisanya pria itu masih berpikir bisa melecehk

sa. Anggap saja saya sedekah bua

dirinya yan paling berharga hanya untuk pria terkasih, belahan jiw

kamu mau keluar begitu saja, kamu baru kerja 3 bulan di s

erharap Erni akan mendesak tentang uang tersebut dan pada akhirnya menerima penawarannya. Tidak dipungkiri jika dirinya tertarik dengan Erni yang muda dan molek. Dadanya yang mo

sampai sang bos keluar dari balik meja kerjanya. Erni segera berbalik badan dan berlari kelua

i rawat. Kebetulan jaraknya tidak sampai 2 km dari tempat kerjanya. Erni menyeka keringat yang mengucur di malam y

ono dan sang istri berada di bangku tunggu. "Pak, Bu ... ba

riksa," jaw

Bukannya Witun seharusnya suda

mi-istri tersebut. "Erni belum ada uang, Bu. Waktu ini

ran Sungai begitu. Apalagi kalau hujan

ak, saya

gi, Ni. Nggak sengsara

uk bekerja di luar kota tidak pernah kembali lagi sejak 10 tahun yang lalu. Erni ditinggalkan hanya berdua dengan san

orang Perawat muncul dari b

menoleh dan bergegas menemui sang perawat.

kter akan menje

dan setelah keduanya mengangguk dia

ng sudah mengidap penyakit jantung sejak sang ayah tidak pernah terdengar

Erni begitu pantatnya menyentuh bantal

ioperasi. Kita sudah tidak bisa menunda lagi. Kalau sampai jatuh pingsan lagi tanpa ada yang mengetah

an menunduk ser

r Ibnu. "Apa kamu ngg

nggak ka

nyawa ibumu, loh. Memangnya kamu n

ggak tahu lagi harus bagaimana. Rumah juga belum laku-laku. Barang-barang juga nggak ada

mana caranya kamu harus bisa dapat j

si tunggu. Sementara kedua tetangganya yang lain kini mengi

h juta tetapi dengan uang segitu tentu saja tidak bisa menutup semua biaya perawatan dan operas

g-orang berlalu-lalang kemudian mendongak begitu melihat ada sepasang kak

an kursi besi dingin itu. Dia menatap penuh tanda tanya pada pria tampan beram

anya karena pria itu

gung," ujar pria itu yang kini duduk di ku

bingung dan susah kalau

apa yang menganggumu sampai terdiam di

ang bunda. Erni menatap lekat sang pria asing itu, ada keraguan di dalam hati untuk mengutarakan masalahnya. Tentu saja tidak mudah bukan, apalag

lebar kali ini. "Aku bi

bukan kelegaan yang dirasakannya tetapi waspada. Dia yang tadi hampir saja mendapat pelecehan dari sang bos kini malah di

ong. Dia pasti akan men

mau?" tanya pria

imbal

kan tangannya. "Oh ya, kenalan

ng ditemui di IGD berdiri di belakang Eris

yang dipanggil Setya itu bergantian da

alau ibumu di rumah sakit," uj

tu mencari kebenaran

aya begitu saja. "Bagaim

alau kami saling cerita. Apalagi meli

i, rupanya. Hanya karena keinginan untuknya menjauhi Asoka. Meski terdengar terlalu berlebiha

rmu ke rumah sakit hari ini," ujar Eriska dengan wajah ceria se

tertera di layar. Dia tahu, tak bisa menunda mengambil keputusan untuk sang bunda. Lagi pula me

h helm hitam mengkilap k

dengan perasaan tidak rela dan resah ka

tu juga kamu bisa beli m

da di depan Erni. "Ayo naik, aku yang akan member

Sejujurnya Erni merasa syarat yang diberikan oleh Eriska dan uang sebanyak itu sebagai imbalan memang terlalu berlebihan tetapi saat ini Ern

manggil Erni yang melamun menata

sedikit terhuyung mendekati

mu dapat uang

Erni pi

na bisa cepat? Bukanny

n Erni ya

erepotkan orang lain. Nanti kamu dikira memanfaatkan keluarga

hu. Tapi benar kok, uang operasi

dapat? Jangan bilan

eritahu sang bunda sementara memang apa yang terjadi terlalu lebai menurut diriny

mana,

Bu. It

cul Setya di depan ambang pintu. Seketika

p Nyonya Witun

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY