an dahi yang berkerut. Sesekali tangannya mempe
Audel
itas Nu
Humas (Maha
suatu hari dapat mempunyai tanda pengenal itu secara tet
hat begitu formal di tubuhnya. Tentu saja, ini hari pertamanya. Setidaknya dia ingin memberi
r tidak pucat. Dia tidak ingin berdandan terlalu heboh yang menimbulkan banyak perbincangan. M
nya. Dia keluar dari kamar dan melihat Ibunya yang sudah berkutat di dap
ke depan nanti aku jarang bantuin," u
"Emang kamu selam
a dan berdecak pelan, "Ga
ung dimakan pas jam istirah
pan Ibunya, di meja makan yang
mantep kan, Buk? Ng
atas ke bawah, kemudian ters
nya aneh. "Tumbe
an," balas Ibunya persis
n sarapannya. Dia ingin datang
citraan it
ngkat dul
ih tau Ibuk kalau ada yang
*
udah banyak pegawai yang datang. Naya meremas tas laptop di tangannya d
orang pria yang berdiri di belakangnya. S
kertas rujukannya, "Maaf, Mas
mulai merekah di bibirnya. Dia mendongak dan menatap Naya sebentar, sete
a korban
ang menatapnya penuh minat. Naya dapat melihat ada
ndengar itu Naya langsung tersadar, jika karyawan yang jumlahnya sekitar 15
nalkannya tadi menariknya ke tengah ruanga
apa udah dikerjain?" Fira ter
as." Sahutan di belakang Naya bukannya mem
jenius! Pasti bisa mikir
telah menemukan pantun yang tepat, dia mulai membuka mata
a minumnya es soda. Perkenalkan nama s
oh dan bertepuk tangan. Semua karyawan juga bertepuk tangan membuat Na
departemen humas, N
Jed?" tanya Arman, pri
n menunjuk Raga, "Ini serius Mas Raga?"
u berdiri dan berjalan menghampiri Naya. "
ya ya." Naya tersenyum saat
menunjuk semua karyawan. "Rata-rata masih muda jadi
ak?" Tiba-tiba Naya bertanya dengan be
Tenang aja. Kakak-kakak
etuk Fira merasa geli
ek bar-bar itu
semua anggota humas. Godaan masih saja Naya terima namun dia memakluminya. Dia sering mendengar ini dari kakak tingkatnya. Sebenarnya m
aku. Biar nggak digodain sama yang lain."
ngsung samber!" Jedi yang du
gue p
*
ahan mulai tenang. Naya yang di hari pertamanya hanya melakukan sesi perkenalan mulai t
a bersyukur karena dia berada di departemen ini. Para karyawan yang berjiwa muda set
tahu jika dia akan menjelaskan tentang humas perusahaan nanti setelah jam ma
masih nga
ya, "Iya, Mbak. Nunggu Mas Raga
ambai, "Bisa bant
ri dan menghampiri meja
bulan depan, kamu bantu revisi ya. Kalau udah nanti kas
" Naya menga
a? Nanti Mbak kirim
*
harus dia revisi tadi cukup banyak, tidak bisa asal revisi tentu saja. Oleh karena itu dia mendapa
ersembunyi yang dikhususkan untuk karyawan humas beristirahat. Fira dan Arman tidak
, Nay?" tanya Fira menunjuk bekal
kin Ibu
l terus do
gan mulut yang penu
bekal, Nay. Ada makan bersa
ya lagi tentang informasi mengenai k
mood-nya pak bos lagi
t anak magang, Mbak?"
"Berlaku kalo kam
, Mbak. Nggak
s, "Ya nggak g
. Melihat wajah Arman yang selalu lempeng seperti
ada kata senioritas di sini. Para karyawan membimbingnya dengan baik. Terut
u belum ketemu sa
nar kayanya. Tanggal ber
makan siang juga balik, soalnya gue mau
a Ranum?" ta
tahu apa yang mereka bicarakan. Setidaknya dengan percakapan itu,
uncul Raga yang mulai merebahkan dirinya di atas
siang, Mas?"
, "Kenapa? M
o aaaaa." Naya me
memejamkan matanya. "Nanti bangunin ya kalo u
k kayanya, Mas,"
ini udah aku ladenin omonganmu." Rag
Naya polos, pu
atap ke arah pintu. Naya terdiam kaku melihat pria
?" tanya pria itu bersandar pada pintu,
an Naya mengangkat t
ngat semuanya? Kejadian di restoran Sunda sudah dua bulan berlalu. J
carnya N
a
gung, "Bapak masi
ya ke dalam saku dan menatap Naya dalam. "Semoga betah ya." Masih dengan senyuman, R
Fira menatap Naya de
k?" tanya Na
al dihabisin sama Pak B
Bapak ganteng
*
B