hanya bisa saling curi pandang. Walau pertemuannya tidak terlalu mengesankan, tetapi setidaknya Elena merasa Jordan berada di lingkungan tempat tinggal y
nampilannya super rapi ditambah aroma parfumnya yang bisa dikategorikan mahal. Intinya, Jordan merupakan targe
nya klasik, tampak seperti pegawai kantoran kelas atas. Hal ini sudah diterawang Elena mengingat posisi p
dua anak muda itu makan malam. Dalam perayaan hari jadi kedua orangtuanya, Elena tidak semata-mata membawa
tanya Jordan mencoba mengakrab
Bagaimana
dan di kantor. Dia juga sering memb
Ayah." Jordan dan ibunya sedikit t
salah. Seperti yang dikatakan Pak Franco, aku bisa mengatasi dengan caraku dan d
bicaranya yang cukup jujur meski se
ku berada di Singapura, jadi aku di sini hanya denga
membosankan, batin Elena mengomel sendiri. Akan tetapi, itu yang diinginkan kedua orangtuanya. Setelah ini, ia tidak akan lagi menyetujui perjodohan semacam ini. Mereka seperti seorang pegawai dengan kliennya yang saling m
ta Franco mencoba mengusahakan Jordan dan Elena hanya berdua untuk mengo
aja, Yah. Mau mampir
na. Kamu ini ke rumah
aja. Enggak ke
a menolak. Bukannya terpukau, ia hanya ingin agar pertemuannya ini segera berakhir. Ketika
sta gigimu? E
bagus. Maaf, pertemuan tadi tidak terlalu asyik karena ada mereka. Ini hari jadi pernikahan ayah
etelah mereka melakukan perjalanan yang cukup lama, kemudian pria itu berkata, "Aku tahu kamu
puk jidatnya akibat malu. "Sampai lupa,
tetapi berujung canggung." Elena hanya bisa meringis, mau berkata-kata tetapi takut salah ucap lagi. Bisa-bisa ia memp
ing ke sana, tetapi ia pernah pergi bersama beberapa teman kantornya ka
kan punya putri secantik dirimu." Jordan mengakui hal itu saat keduanya berjalan menuju ke tempat ramai itu.
alah satu meja bersama dan kompak memesan tequila. Secara perlahan, Elena mulai mengenal Jordan dengan baik. Pria t
tapi, mereka tampaknya berlebihan. Maka dari itu aku melakukan semuanya bia
kepribadianmu yang super kalem terus menerus." Elena berkata jujur di depan Jordan si pemiliki senyum indah itu. Lama kelamaan, ia mulai terpesona dengan wajah Jordan yang semakin dilihat semakin tampan. Mereka bahkan saling bercanda sat
kamar mandi. Tidak butuh waktu lama bagi Elena berlama-lama di kamar mandi karena setelah i
ihat teler di sana. Dengan penuh keberanian, Elena mendekati pria yang sedikit menunduk it
amu kenapa di sini
icara dengannya. Hidungnya yang memiliki indra penciuman tajam seakan bisa mengenali ar
uh ujung rambut Elena yang tidak tahu untuk apa. Elena geleng-geleng kepala karena rekan kerjanya ini mabuk bera
ntunglah ia tidak datang dengan Temmy atau siapa pun itu karena ini
enepuk-nepuk pipi Julian keras. Percuma, pria itu tidak peduli sehingga dengan seca