an
adis itu mendadak oleng karena heel setinggi lima senti tidak menopangnya
l Srikandi. Badannya lemas terkulai, sep
uk-peluk dia?" Suara b
terkulai dan membawanya ke ruang kesehatan. Beruntung perusahaan
an. Kemudian pandangannya beralih pada pecahan gelas, dia menuju telepon di dekat pantr
*
a dokter Anita yang baru saja selesai
t makan," ucap dokter Anita, sambi
ru saja pulang kampung, setelah menghadiri pemaka
an?" tanya
kter Anita. Terdengar suara langkah kaki menggunakan h
r?" Bisma berdiri me
a juga tidak suka dipanggil bapak, oleh anak buahnya. Bisma bukan orang yang gila hormat, meskipun dia se
tadi dia minta dibuatkan kopi," ucap Srikan
rlakuan semena-mena bosnya itu. Bisma dan Arjuna memang masih sepupu, namun dalam hierarki di perusah
anterin kopi. Ayo, sekarang aku anter kamu pula
menyelesaikannya hari ini," ucapnya. Bisma menarik napas panjang, akhirnya dia menganggu
ing. Sementara ruangan Arjuna yang notabene berstatus sebagai president direktur, hanya diisi oleh dua orang. Arjuna dan Srikandi. Memang di sana ada sat
wajahnya sama sekali tak ada gurat kepedulian. Bagaimanapun, rasa tidak sukanya bukan tanpa alasan.
alah meeting penting terkait project baru yang cukup menggiurkan. Dia duduk tanpa menoleh pada orang yang sejak tadi memandangnya tajam. Gadis
pertanyaannya sinis. Srikand
Wanita itu mem
hatian siapa? Bisma?" Sebuah tuduhan pedas
ak?" ucap Srikandi lembut tetapi tajam. Akhir-akhir i
tu dengan angkuh. Srikandi meliriknya sekejap dan mengangguk
p Srikandi, sambil membereskan meja kerjanya. Wak
i ada meeting besar dengan klien. Kemudian dia berlalu begitu saja, meninggalkan gadis itu sendirian dalam ruangan. Srikandi bergegas mematikan komputernya dan berjalan me
ercepat jalannya, setenga
enoleh tanpa menghe
tidak mungkin dia mengatakan kalau dia takut ha