rang baik apa coba sama Kirana?). Sudah tiga hari juga Kirana jatuh sakit, dia menghabiskan waktu hanya dengan golekan di kasur, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun
g berseliwer silih berganti di otaknya, ada banyak pertanyaan yang sebetulnya ingin dia ajukan pada Panji. Rasa s
Tok
Kirana berkedip lemah menonton TV yang sedang menayangkan acara Brownies yang penuh gimik.
" ancam Mila tak main-main. "Jangan lu pancing-pa
a," sahut Kirana akhirnya pasrah. Mana mungk
ar yang masuk. "Lu kenapa sih jadi kaya orang depresi begini? Lu dipecat apa gimana?" Mila mulai menginterogasi sambil berjalan ke dapur. Dia ambil mangkok besar, lalu menuang sop ikan yang dibawany
mutuskan untuk duduk agar bisa lebih rileks, ditariknya nafas panjang. Mila telah kembali dari dapur, m
Sempat-sempatnya
uk
petua
na tidak jadi menangis sedih, malah
raksasa? Dih, bukannya lu bilang lu udah move-on dari dia? Waktu itu c
r rasa cinta Kirana pada Panji, dan seberapa besar luka yang ditinggalkan. Kirana tentu malu jika ujungnya mesti mengaku lag
ana aja?" Setelah semenit sunyi, Mila ber
pe sana ob
ru
usin gue dulu, makanya gue ngamuk trus gue bilang aja jangan pernah lagi
ara itu lu jadi uring-uringan? Sy
ma gue doang yang hidup dalam penantian. Dianya santai-santai a
gue,
petuah bijak yang akan menetas dari mulut keci
br
tukang mabuk seperti Mila? Minum atau tidak minu
dong, Mila! Pusin
Pasti juga ujung-ujungnya lu ngejar si Panji! Mesti deh nanti lu bakal nyariin dia lagi, jadi apa pentingnya sara
Kirana tid
sono cari dia, mumpung bel
mana. Waktu itu kami ketemu di to
in! Atau tungguin, pasti
bar gue ngintili
imana perasaan Akbar? Udah mulai say
tapi gue nya masih mikirin Panji. Mana hanya selisih sehari, lagi! Jangan-jangan ini
elusi. Semua kebetulan yang menyangkut Pan
raksasa, apa kerennya coba dia? Masih ga
at gue! Suppo
itu pilihan paling tolol yang bisa menjerumuskan lu ke dalam
*
u h
ha
a h
n harapan menggebu-gebu untuk bertemu Panji lagi, tapi di hari ke-empat, antusiasme Kirana mulai kedodoran. Tak ada tanda-
un dia lengah. Akbar mulai mencium ada sesuatu yang tidak beres. Seperti ada rempeyek di balik udang, eh, udang di balik rempeyek (pad
tanya Akbar seraya meletakkan
" Kirana
nunggu mantan kamu i
ini itu, Bos?!" Tiba-tiba Mamut ikut nimbrung, s
langsung pura-pura tidak mengucapkan apa-apa, tangannya k
tau gue, Bar?!" Suara Kirana meninggi. Tidak salah lagi
arena Akbar tidak mungkin menjawab, Kirana mendesak Mamut. Ta
, Kirana. Tapi bos gak mau ngasih tau," terang Fitri panjang lebar. Dia menilik Akbar seolah sedang menyalahkannya. Akbar mematung tak be
Panji pada Kirana. "Keterlaluan ya lu, Bar! Lu biarin gue nunggu kaya or
i adil gak buat aku?
ng menemani kamu, Kirana. Dia gak ada kabar 8 tahun! Lama banget itu, bayi udah jadi anak SD, tau gak? Hanya karna dia balik, kamu tega ngelupain semua us
lik ke dia." Kirana gugup
anya soal dia? Nungguin di
gue pastiin, itu aja,"
dipastikan, Na? Mas
emalukan. Kirana diam, dipeluknya kertas bertuliskan alamat Panji. Debar jantungnya makin keras. Tidak lama lagi, dia kan bertemu pujaan hatinya lagi. Malam cepat lah tidur agar pagi segera datang, des