ulan k
r negri, sudah satu bulan dan Angga memang sudah mempersiapkan kepergiannya.
erhatikan Angga. "Loe yakin bakal
engangguk, mereka memang harus terpisah dulu. Biaya hidup di luar negri pasti tidak murah, Angga saja
yang mau keluar dari rumah yang biasa mereka tempati tidak pudar meski Lisa sudah tiada
gue gak ada ya, dan nanti kabarin gue diman
Dita memajukan bibirnya karena Angga terus saja mendesak dia untuk iku
ua sebenarnya mendengar sebuah pekerjaan d
*
dan dia sedikit gugup. Musa terlihat lebih tenang daripada dirinya. Menghabiskan waktu berjam-jam di dalam pesawat hingga akhir
di luar Bandara hingga hari pun mulai sore. Mata mereka berdua melihat banyaknya mobil sedan berwarna hitam dan satu buah mobil sport putih jalan beriringan, lalu Angga meliha
kerajaan," kata Mus
ng tidak banyak bicara hanya diam dan mengikuti Musa yang memanggil taksi lalu
yang menurut supir taksi itu sudah ditentukan dimana letaknya agar kota tidak terlalu padat. Dari sebelah kirinya Angga bisa melihat bangunan yang menjulang tinggi b
ebuah rumah yang bertingkat, sepertinya rumah itu kh
gunan itu. Berbicara dengan bahasa inggris mereka langsung dipersilahkan masuk. Musa memberikan uang untuk sewa kamar yang akan mereka tempati dan setelah ma
i hotel," kata Musa kepada A
rganya ?"
dah mendapat dua buah kasur dan lemari juga, bukan
yak orang yang menyewa kamar seperti kita. Ku pikir itu f
agi mereka akan mencari pekerjaan. Tempat kapal wisata yang membuka lowongan itu su
**
ang sudah mencuri perhatiannya saat di datang ke Jakarta. Harlein seperti bermimpi tadi
dengan pelayan membuat p
rlein saat melihat w
! aku han
an napasnya lega, d
ak
yang saat ini sudah f
i di alun-alun kota, k
, minta Meivo sa
sedang di London, apa kau lupa ?"
lah." Harlein mengusap rambut adiknya itu lalu dia berjalan menuj
Ratu," jawab
. Dia tahu dia harus menggantikan kasih sayang yang Meera ber
elah mencium foto Meera ibundanya. Bes
t malam
c