. Kini Bening sedikit bisa menghirup udara bebas karena s
i keindahan rumah megah ini. Setelah
yang beberapa hari ini telah ia tinggali. Hembusan hafas lega gadis bermata teduh itu
akan terkurung disini?" tanya
m ha
empurna di tubuhnya. Saat ini gadis itu tengah berdiri di atas balkon kamar men
dan beristirahat. Namun langkah kaki gadis itu terhenti saat netra indahnya menangkap sil
karena merasa kaget dan tak
ncul dan bagaimana ia bisa masuk? Berbagai
enyimpulkan bahwa orang yang telah lancang
a
masih tetap bergeming di tempat duduknya. Namun rasa penasaran itu mengabur saat pria itu menunjukan sesuatu di tangan kanannya. Ya, sebuah remot. Jadi pria itu yang telah menyalakan lam
Seorang pria tampan dengan rahang tegas dan memiliki tatapan setajam elang. Tatapan dingin nan m
Bening tergagap ti
mbiarkan pertanyaan yang menurutnya tidak penting itu hilang terbawa hembusan angin. Mata ta
gelas anggur merah di tangannya. Ia begitu menikmati se
itu tentang siapa dirinya. Ia bahkan terlalu larut dengan kepuasan kare
intu untuk melarikan diri. Namun semua usahanya sia-sia karena pintu sudah otomatis terkunci
ku dari siapa pun yang ing
ah dapat dipastikan bukan orang sembarangan. Namun orang yang sangat berkuasa. Kal
adaku!" Suara serak nan seksi pria itu
asing yang tidak ia ketahui namany
jangan m
angkah Arga untuk dapat meraih gadis yang
histeris. Trauma karena pernah nyaris menjadi korban peleceh
amu inginka
ang Bening lakukan. Sisi liarnya bangkit tanpa bisa dicega. Gadis polos nan menggoda it
ng akan menjadi istri mainannya. Karena tadi siang sang Mommy baru saja membe
ertemu bidadari yang akan menjadi mainan barunya selama s
ku selama setahun ke depan!" bisik Arga tepat di telinga Benin
rga membuat Bening meremang hingga
ni yang akan m
an bahwa pernikahan mereka hanya sebuah perkawinan kontrak tetapi bagi Bening pernikahan tetaplah pernika
kini mengungkung tubuh mungilnya mampu Bening rasakan. Karena unt
yang pria itu tawarkan. Namun, ketidakberdayaan melawan kekuatan pr
hidung keduanya bersentuhan. Kata-kata memuj
em
yang mendapat serangan mendadak itu pun berusaha melepaskan ciuman itu sekuat tenaga deng
ensual setelah tautan
a yang sempat terkikis dengan meraup oksigen se
ja dicecap Arga tadi. Belum pernah ia merasakan bibir semanis madu sep
Baru merasakan bibirnya saja sudah bisa membuat Arga hil
ipnotis seluruh kesadarannya. Bibirnya yang merekah merah dengan warna alami yang begitu mengg
am rahang rapuh gadis itu agar menghadap ke arahnya. Perlahan tapi pasti Arga telah berhasil
titah Arga di
kin merapat. Sebagai seorang Casanova sejati Arga tentu saja tidak kekur
ah dada Bening dengan keras hingga membuat gadis itu refleks mendesah. Kesempatan itu digunakan Arga unt
uhnya itu. Hanya air mata yang tak berhenti keluar dari sudut mata sebagai bukti betapa