besar ini dulu kerap ia kunjungi setiap kali liburan sekolah. Keluarga Baihaqi memang selalu menghabiskan masa-masa liburan di perkebunan ini. Tinggal di ibukota yang ramai dan sumpek,
desaan dan hijaunya pemandangan alam, membuatnya seolah-olah kembali terlempar ke masa lalu. Masa ketika ia masih berseragam merah putih hingga putih abu-abu dan berteman akrab dengan Safa sekerluarga. Termasuk dengan Haikal juga. Jujur ia merindukan suasan
agar Kanaya mengikutinya. Kanaya meraih koper. Mendorongnya perlahan mengikuti jalan setapak rumah besar keluarga Baihaqi. Sambil berjalan pikiran Kanaya hanya tertuju pada satu hal. Haikal! Bagaima
h ke sini lagi." Kanaya mencengkram lengan Safa. Ia mendadak bimbang dengan keputusannya sendiri. Safa menghentik
ada di sini kok, Nay. Doi 'kan bolak balik Bogor Jakarta terus untuk mengurus pabrik penggilingan kopi yang baru di sana. So, lo tenang aja. Seandainya pun Mas H
erdua belum terurai. Kakaknya terlalu dendam pada masa lalu dan Kanaya terlalu takut untuk mencoba meminta maaf. Mereka berdua stuck di masa la
ter gue diusir kali ya?" Kanaya menghembuskan n
ue ngoceh-ngoceh sebentar habis itu juga mingkem. Lo 'kan tau sendiri Mas Haikal orangnya irit banget kalo ngomong. Udah ah, n
sekarang ini Mas Haikal lagi di Jakarta 'kan? Gue belum siap menta
staynya bakalan agak lama di Jakarta. Udah ah, nggak usah ngebahas masa lalu terus. Bosen gue. Mending lo istirahat aja di paviliun. Lo pasti capek banget 'kan habis dari perjalanan jau
a beberapa perubahan di sana. Apalagi saat Safa membuka pintu paviliun. Perubahan yang paling mencolok adalah ruangan-ruangannya. Dulu hanya ada satu kamar yang luas dan satu ruang tamu minimalis. Kini kamar besar itu disekat menjadi dua bagian. Sement
orong kopernya ke depan pintu yang terbuka. Semilir angin sore seketika membelai-belai tubuh
sembunyi di mana lagi. Temen-temen gue di Jakarta 'kan semuanya kenal dengan Mas Fari. Gue pasti ketahuan kalau sembunyi
ng terima kasih-terima kasih mulu. Geli kuping gue ngedengerny
aya tiba-tiba muncul dari jalan setapak. Bik Surti. Bik Surti adalah ART keluarga baihaqi. Suaminya,
mbali dengan Bibik." Kanaya memeluk Bik Surti gembira. Syukurlah setidaknya selama ini
Naya tidak usah khawatir. Bibik akan membantu Non selama Non di sini. Bibik juga akan menjaga rahasia ini dari Mas Haikal. Non Naya tenang saja." Mendenga
ya dengan masa lalu lagi," Safa se
Gue jalan dulu ya, Nay? Takut kemaleman di jalan," pamit Safa. Kanaya mengangguk dan mengantar Safa sampai di pintu paviliun. Sepeninggal Safa dan Bik Surti, Kanaya mulai membereskan isi
di Sukawangi. Ibu tidak usah kh
di ke sini. Mau ketemu dengan kamu katanya.
Ibu bil
pa-apa karena ayahmu kebur
i lagi. Lagi pula semua urusan perceraian sudah Naya serahkan pada Pak Kholil. Nay
stirahat ya, Nay? Kandunganmu masih muda. Harus
gitu saja. Setelah membuat kesalahan, ia masih bisa bersik
ak perlu bersikap kekanakan seperti ini terus dong, Nay? Manusia itu tempatnya salah dan dosa. J
u berhubungan dengan Ghifari lagi. Terbiasa dimanja sedari orok, membuat Ghifari tidak bisa menerima penolakan. Kanaya juga menghapus semua media sosialnya.
k. Sebaiknya ia tidur saja sebentar. Mungkin dengan beg
erbangun saat mendengar seperti ada suara pintu yang terbu
ke Jakarta? Tapi kok k
u 'kan sua
melihat mobil Safa di halaman. Safa memang meninggalkan mobilnya
idak pulang-pulang. Hati-hati, Fa. Nanti sua
ar yang diputar. Haikal pasti akan masuk ke kamar ini. Dengan cepat Kanaya menyambar selimut dan menutupi sekujur tubuh
bar malah kamu anggurin. Fa, Safa. Kamu masih tidur?" Kanaya makin
na ini? Apa yang
u tidur." Kanaya menjerit kaget saat selim
terjadi,
rpejam rapat. Ia tidak berani membuka matanya. Ia
g terpejam sebagai undangan tanpa kata. Baiklah, terlanjur basah, saya akan mandi saja sekalian." Kanaya kaget saat merasakan ranjang melesak karena tambahan beban lain. Sejurus
un lalu. Saya minta maaf sekali lagi, Mas. Tolong, jangan sakiti sa
harus dijauhi sejak hari itu. Kamu melenggang pergi begitu saja, menikah dan berbahagia sementara saya harus menanggung dosa seumur hidup yang tidak pernah saya lakukan. Dan sekarang kamu hanya mengucapkan sepotong kata maaf? Enak sekali kamu!" Kanaya tidak
edang hamil, Mas." Kalimatnya membuat Haikal men
mu datang kembali dengan tuduhan sudah saya hamili? Manusia macam apa kamu ini,
maksud saya, Ma
asan apa pun lagi. Saya sudah pernah mem
alam begini? Di luar sudah gelap lho, Den. Lagi pulan Non Naya itu k
ertinya Bik Surti menyusul untuk memberitahukannya kalau Haikal ada di rumah
gan kaki gemetar. Ia berjalan ke arah lemari dengan dagu terangkat tinggi. Kalaupun
kembali menyebar issue kalau setelah saya hamili, kamu saya u
Bik Surti berusaha membesarkan hatinya. Kanaya menganggukkan kepala dengan peras