n harus segera kembali ke kampung halamannya karena san
engan segera gadis itu memilih jam yang tercepat dan menunggu di ruang kebe
ara itu. Tangisnya tumpah-ruah seketika begitu menceritakan musibah
u melindungimu sekeluarga. Oya, kenapa kamu ti
arnya. Iya, ya, pikirnya heran.
edih kehilangan Papa. Tapi, murid-murid les pr
am saja, Yang. Hari ini pergi be
ar-benar kalut, Wen. Sampa
ke Balikpapan, ya. Nggak usah dijemput. Aku kan sudah p
kamu. Kalau nggak, aku
ediakan bahuku untukmu, Rosemary Laurens. Bukankah itu yang sela
n cuma cengeng di
kin kamu dan keluargamu bisa melalui cobaan ini d
kalimat-kalimat sang kekasih bagaikan a
cap gadis itu sepenuh hati.
Laurens," jawab
yatakan bahwa penumpang penerbangan menuju ke Bal
tri ambil boarding pass sekarang. Kalau suda
. Selamat jalan," jawa
siap membawanya ke kampung halaman tercinta. Biasanya dia pulang ke
amun kali ini akan berbeda. Suasana dukacita yang akan menyambut
*
ry, menceritakan hal-ihkwal berpulangnya sang suami. Air matanya jatuh bercucuran. Matanya mu
t persemayaman jenazah. Saat inilah Martha akhirnya mencurahkan segenap perasaannya p
i toko warisan kakeknya itu disita oleh bank. Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah toko selalu ramai dan om
! Perempuan binal itulah yang menghabiskan uang papamu dengan kebiasaanny
erselingkuh dan berjudi? Benarkah
jah putrinya yang seakan-akan tak m
akukan perbuatan tercela apa lagi di luaran. Harta kita habis, Nak. Habis! Toko sudah hilang. Sebentar lagi rumah ini juga akan disita oleh bank.
u yang baik hati dan selalu melindungiku setiap kali dimarahi Mama.... Ben
ain adalah Olivia, putri kedua Martha. Dengan sikap lembut dia mendekati ibu
rahat, Ma. Besok kita masih harus mengatur kepindahan jenazah Papa dari rumah sakit ke ruang persemayaman.
mpati yang besar kepada orang lain. Hobi mereka pun sama, yaitu memasak, berdandan, dan berbelanja. Oleh kare
g diwarisinya dari sang ayah. Hal yang bukan merupakan kegemaran Martha karena membaca terlalu lama seringkali membuat bahunya terasa penat. Sed
njalankan perannya sebagai pendengar dan penghibur yang baik bagi wanita yang melahirkannya itu. Ole
ibu mengadu. "Dikiranya Mama mengada-ada. Kamu tahu sendir
an, keluhnya dalam hati. Ya sudahlah, tak ada ruginya k
ihatin. "Rose bukannya tidak percaya dengan cerita Mama. Cu
!" sergah ibunya kembali histeris. "Selalu Mama yang kamu anggap buruk dan membuat ulah
pening. Betapa ingin dirinya bertemu ayah tercinta saat ini. Meminta