rtemen karena acara keluarga bersama istri tercinta. Hilda disambut oleh pembantu yang berada di rumah ini, rumah yang disewa oleh pemilik untuk memad
y yang tampak siap karena
berjalan hampir dua puluh tahun tanpa anak sama sekali. Charly sudah melamar Hilda agar bisa menjadi miliknya seorang tapi selalu ditolak karena alasan h
aran. Hilda menatap dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya setelah yakin segera keluar dari kamar mandi melangkah ke arah Charly yang ternyata tidak ada di kamar, Hilda menghembuskan nafas pas
i dan menutup mulutnya dengan kain atau plester. Hilda selalu puas melakukan itu bersama mereka berdua dan selalu tidak sabar a
Hilda menatap Charly bingung "kita
ata mendengar perkata
dan nasib kita sama" Hilda bingung dengan perkataan Charly "dia ingin memiliki anak kala
nolak kamu yang sudah lama saling me
yum "seharusnya kamu menikah denganku dan menjadi milikku utuh" menarik Hilda dengan mencium bibirnya lembut "kamu sengaja
ilda dengan menggigit telinga Charly pelan membuat sang pemilik mendesah tertahan "ja
jawab dengan desah
mu duduk terlebih dahulu dan melihat bagaimana panasnya kita
n menatap Hilda tajam "bisa jad
bersama teman kamu" membelai pipi Charly lembut "kalau tidak mau juga
pun itu. Charly bahkan membayar tiket liburan untuk Hilda saat dirinya menginginkan jalan – jalan dan tempat yang Charly tuju untuk Hilda liburan adalah Jepang dengan tidak
afas panjang "kapan ba
ke arah Charly "setidaknya b
gnya jika kamu suka kita lakukan dan mintalah sesua
mengganti pakaian setelah memberikan ciuman singkat pada Charly sebelum keluar dari kamar, langkah Hilda terhenti ketika melihat pria yang tampak sama dengan ayah Tari seketika dari dalam dirinya ingin merasakan bagaimana kekua
ia membalikkan badan dan langsung menelan salivanya kasar melihat
pan" menatap Hilda dari atas ke bawah yang jel
apa diantara
t melihat pria dihadapannya menelan salivanya kasar dan sedikit gugup seolah baru pertama kali melihat hal seperti ini, Hilda memang bukan pengalaman tapi dirinya tahu bagaimana pria yang terbiasa dengan tida
an diri membuat Hilda tersenyum "yang penting berapa aku bisa memberi d
nya kamu yang membayar jadi seca
k tidak peduli atas sindiran yang di dengar "aku ak
endekati Andrew "aku harus memastikan terlebih da
ga Charly, seketika Hilda membayangkan bagaimana panasnya dan juga ketahanan Andrew saat berada di ranjang. Hilda menyentuhnya yang bahkan diameternya juga
ingapore karena ada yang ingin aku beli,
apatkan liburan dan juga semua fasi