begitu kembali tidak ada menu di bawah tudung saji. Surya kecewa. Iapun teringat di mana Rain
itu berdiri dan melihat siapa yang datang pada malam hari. Mata Surya te
ang," sa
a, kok, baru pu
laki yang sudah menjerumuskannya itu. ia pun mel
Di tanya kok malah
ini balasan kamu terhadap orang yang
budiku kepadamu. Kau sudah mendapatkan semuanya, bahkan lebih! Kau puas! Aku hancur, Paman! Aku hancur! Hidupku! Masa depanku! Semuanya hancur! Hanc
rya membungkam. Bibir lelaki itu seakan t
an rasa kesalnya. Di dalam kamar Raian menangisi nasibnya. Ia menumpahkan tangisnya s
*
annya. Nara dan Fikar berjalan menghampiri tub
na untuk mengagetkan gadis itu
ng kepala kekasihnya. Lelaki itu te
, sayang? Kusut banget
et pengen makan bakso aja," du
bakso di warung depan sekolah. Kata
mobil sedan sedang mengawasi Raina dari kejauhan. Wanita itu bahkan sudah b
laskan, tiba-tiba ponsel Raina bergetar. Gadis itu tersentak dan
a! Kalau tidak aku akan ha
an dari sang iblis. Tangannya pun sudah gemetar memegangi benda pipih
gan Raina kembali dengan cepat merai
sampai tiga, cep
Okay.
ng, Raina langsung mengangkat tan
da apa?" ta
e toilet sebentar. Panggi
give you tim
nks
tatapan dan mengangkat bahu. Mereka tidak tahu ada apa yan
tanpa berhenti sejenak terus berlari menambah
buah mobil sedan hitam memajang sempurna di sana. Ia mende
Raina harus menahan diri. Karena menghadapi Alex dengan sikap emosi hanya akan membuat
nya, ia terkejut menemukan wajah tampan lelaki yang sudah membeli dirin
akapan. Raina measakan hal aneh. Ka
laki itu langsung mematikan mesin lalu keluar. Dandi sedang berjaga. Di dalam tinggal Alex
ntara ia dan Fikar. Mata Raina langsung membelalak hebat. Ia tersentak sekali
pa-pacar ... sa-saya, Tu-T
lempar kasar benda tersebut. Raina terperanjat dibuatnya. Rasa ketakutan yang tadinya masih bisa
langsung menarik rahang jenjang R
ot menyala dari Alex. Apalagi kini jarak mereka sudah sangat dekat.
elaki lain dalam hidup kamu. Kamu itu milik aku, utuh
. Jauh sebelum saya mengenal and
gan lelaki lain, maka nyawa lelaki itu akan segera be
menelan salivanya karena ketakutan. Ia tak bisa lari
s kesakitan. Di tambah kini ia melumat liar bibir Raina. Tidak
layaknya seorang jalang. Suara rintihan sakit
kin menggigit lagi di bagian lain. Tangan Ale sudah membuka kancing
an lain, menyerang Raina secara bersamaa
atannya. Dan kali ini membuat tangan Raina mencengkaram kemeja lelaki i