Suara mas Ammar berteriak tertahan. Gejol
u dengan paksa hingga mendekati tempat tidur. Lalu pria
njang. Sehingga membuat kedua kakiku tidak mampu lagi menopang tubuhku se
elimutiku membuatku terpaku di tempat. Terleb
tatapan matanya yang penuh dengan denda
n?" Geramnya seraya memegang da
amu dan t
a belah pipiku dengan ibu jari dan keempat jarin
mas Ammar tidak peduli. Dia justru semakin memperdalam tekanannya. Hingga unt
dengan lemah lembut? Menyentuhmu dan membelai
ku yakin, dia sudah mengerti jawabannya. Meski tanpa aku mengatakan.
an mi
ipiku dengan mendorongnya seca
uk. Perintah Tuhan untuk memperlakukan istri dengan baik seolah hanya seperti dongengan saja. Dia begitu kasar. Seolah a
ah amarah. Sorot matany
nah menganggap aku sebagai bagian dari kehidupan
ya terhadapku. Namun tidak berhenti di situ. Dia justru beralih meremas bagian sensitif pada bagian dadaku d
as." Eran
menggugah rasa iba dalam hatinya. Dia terus saja melancarkan aksinya. Seluruh penutup auratku dia lepas dengan paksa. Sungguh, dia telah memperl
a. Maka nikmati saja
wal dengan kata-kata manis merayu. Kemudian saling berpagut dalam kasih. Mendesah menikmati setiap sentuhan. Tapi itu tidak berlaku bagik
intaan abah dan ummi? Bukankah kam
ku sebagai seorang istri dengan perlakuan yang dipenuhi gelora syahwat bercampur murka. Dia koyak harga diriku. Seolah aku ini hany
menggigit bibirku sendiri karena rasa sakit itu. Bisa bayangkan bagaimana rasanya
erdu kata-kata manis mengundang kehangatan karena nyala api cinta yang berkobar. Hingga melambungkan anganku melayang jauh ke atas awan. Menari di antara taburan bintang-bint
hamil." Ucap mas Ammar tepat di depan w
agi kecuali aku sendiri yang menginginkan
g menginginkan? Bukankah itu sangat ego
nya. Tapi kenapa dia tidak melakukannya dengan penuh cinta? Meski dia tidak mencintaiku, apakah tidak bisa di
Hari-hari berlalu dengan begitu kaku. Terasa dingin dan beku. Tidak ada taw
hatinya luluh. Lalu perlahan mulai mencinta
mmi. Di luar, aku dipaksa oleh mas Ammar agar berprilaku seperti seorang istri y
au sekedar basa basi memuji masakanku. Atau memuji penampilanku. Tapi jika sedang
benar-benar lelah dan tidak ada lagi energi yang tersisa. Bukan dengan tidak sengaja dia melakukan itu. Aku tahu, dia memang menghind
. Namun tidak bisakah dia menyisihkan sedikit saja ruang untuk cintaku? Tida
orang istri, tak bisakah dia memandangku sebagai seoran
entang cara menghormati dan menghargai perem
miliki aturan dalam pengelolaannya? Bukankah seharusnya suami maupun istri itu hendak
i, mas Ammar sudah memperlak
lingaku saat dia meno
tas. Jadi, jangan pernah berharap aku meng
n lebih keras dari suara petir yang menyambar di luar kamar pen
saat itu. Tentu saja itu sangat menyakiti re
ah impian belaka. Aku memeluk tubuhku sendiri yan
cintaiku, lalu ken
telah berbuat dzolim terhadapku