manusia yang menghampiri saat aku keluar dari toko bunga tempatku bekerja. Lang
n? Kan harusnya besok,
amu lihat send
Memang benar ada pesan yang memintanya meng
nggak p
tu, Mas.
u Mama. Tanya mereka,
... aku per
epanjang perjalanan, aku bahkan tidak berani buka suara. Hanya sesekali memandang keluar jendela, juga jam tangan yang
ri kalau jalan yang kami lalui semaki
ni kita nyas
PS di ponsel justru semakin jauh dari tujuan kami.
mobil yang membuatku mencengkeram hand grip di a
gan suara gemetar. Namun, hanya deru kenda
kita mau
enyum miring di bibirnya, bersama cengkerama
stighfar, Mas. Aku c
, Ra. Kamu yang paling
atku semakin yakin kalau ada yang
a pulang
protesku. Berbagai doa kulantunkan dalam dada, be
gulita. Decit rem terdengar memekakkan telinga, bersama kendaraan roda empat yang terhe
ra mengambil langkah seribu, berusaha menjauhi pria ya
i ke man
langkahku terhenti seketika. D
nya. Namun, kedua telinganya tak lagi berfungsi. Dia
ubuhku seperti karung beras dan membawaku masuk ke salah
ambil mahkota paling berharga yang ku jaga untuk suamiku nantinya. Dia menik
umber malapetaka yang sudah melemparkanku ke dalam jurang nest
bisa menahan bobot tubuhku sendiri. Bulir-bulir air mata menetes tanpa di
tama penyebabnya. Sembuhkah