Al,"tanya Ayesha membawa sepiring bakwan. "Sedikit lagi,"ucapku masih fokus. "Ini nah
,"tanya Ayesha melihat lauk dan sayur yang sudah ku masak. "Versi mau nikah ngga nih?,"tanya Ayesha. "Kamu nih kena
. Suaranya sebening Jong kook jadi panggil aku tiap pagi kalem gitu. Bangunin pagi, Sya bangun yuk. W
bantuin aku nulis. Pasti pangeran mu di surga minimal kayak korean mu itu. Nant
yesha merebahkan diri di atas ranjang ku. "Gantinya aku temani kamu ke kampus,"ucap Ayesha membuatku men
y
udah bapak itu ya makanya suruh ke rumah biar beres,"ucap Ayesha. "Itu sudah. Aku sebagai anak
rus dikasih nilai A kan ngga tau,"ucap ku. "Itu baru halu. Semoga cepet kelar dan ngga dipersusah ya beb. Berdasar cerita ka
+ seolah nilai E saja. "Makanya besok jangan biarkan tidur habis subuh,"ucapku. "Gampang
ilbab tersenyum atau artis korea berpeci. Melihatnya yang terus fokus membu
elihatnya tertawa kencang. "Eh asem kertas ku baru aja ku tulis di kasih basah. Ngga tidur tidur aku
tas tugas ku. "Hah sampai cuma B ngga terima aku ini,"ucapku sebal. "Halu kau Al. Lagian kalo mau nilai
n kerjakan tugasnya Puang. Mataku sisa 5 Watt ini. Daeng Lee Seung Gi sudah melambai ini,"ucap Ayesha tak b
erkabul alhamdulillah kalo ngga ya udah. Ngga baper juga,"ucap Ayesha h
^
u pakai. Bibirku tak bisa berhenti mencibir makhluk yang mengaku akte nya Korea. Minta tolong i
s. "Almira weh. Ngelamunin aku memang ya wajar Al. Cuma ya jangan pas di jalan dong,"ucap Ayesha terus mengoceh pangg
h bilangin. Kalo aku cuma bilangin percuma. Ntar ku tinggal nemplok lagi ke kasur. Ingat me
alaikat Subuh yang kamu pake semprot
angi y
u Akbar. Entah berapa kal
tawa sembari tersenyum kecil-kecil. Kenapa juga tadi aku terlalu menjiwai sampai ngga sadar waktu motor berhen
kepalang malu saat motor kembali dijalankan. "Silahkan dilanjutkan lagi Mbak. Nanti kalo ada lampu merah
pa kan? Al weh? Aku sawa
ng dia nyanyikan. Mengabaikan suara nya, mataku mulai menyusuri kawasan yang sepertinya mulai dekat dengan rumah
^
nya l
kok c
ak di pasar mala
arna kesu
a keliatan.
ngaji pak
atang begitu manis dan rapi. Jangan lupa tugasnya yang ku tulis dengan tulisan yang ngga perna
t
kku sing
uka koploan
n musik yang terputar, sembari merapikan lagi headset yang mereka tadi t
apku lemah lembut sembari melepas masker. "Bapak siapa? Bapak loh kerja nanti sore datan
ap tenang. "Apa sih kak kok ngga jelas? Ibun liat nah Kakak gaje,"ucap anak berkuncir 2 berlari ma
h kayak gali kubur. Jangankan ngatain, lupa salam masuk rumah sudah di gepre
rinya ngga mungkin dia. "Iya Bu. Saya mahasiswi nya tadi diminta datang dulu,"ucapku. "Alah ngga usah sungkan. Ayo ma
"ucapku melihat kompor yang tengah menyala. "Oalah tumis biasa Mbak. Sudah ngga usah Mbak,"ucapnya ku abaikan. Lagian
mis kangkung biasa. Nanti begitu pulang bisa ku jadikan kebanggaan tersendiri di ma
a saja sebenarnya kalo aku menjadi finalis Master Chef jika masa ini bisa terlampau baik. "Ud
Ibu nangis ini,"ucapnya membuatku tidak lagi kaget. Bukan sekali ku dengar komentar begini. Atau ngga heh darah tinggi ini. "Maaf Bu.
yak habis ketimpa beton,"ucapku refleks sebal sendiri. "Ngga usah sedih Mbak. Tinggal tambah air
kalo di kost. Temen kost saya ngga ada yang tahan kalo saya masak. Soalnya suka buka pabrik garam setiap masak Bu
aktu yang nanti menjelaskan. "Kata siapa ngga masuk kriteria mantu,"ucapnya. "Kata Ibu saya. Pasti setiap hari bilang : 'Ana
a tumpahkan jus
dulu kah? Ibu ng
ini. Lagian banyak betul juga anaknya coba diurus yang bener gitu. Mana lagi istrinya sih. Punya anak banyak coba
kenapa d
jarah aku ngumpul tug,"ucapku baru menyadari sesuatu. "Kenapa kertasnya basah?,"tanya Aufa. "Ma
an kamu kemana saja kenapa kok bisa sampai ketumpahan jus,"ucap Aufa bukannya mendukung ku. "Saya taruh di
u yang salah taruh kertas semba
mengatakan tadi pagi bagaimana bis
g dari awal suka
rdebatan. "Dasar suka cari muka,"ucap gadis berbaju merah sebelum berlalu masuk. "Nan
Almira?,"ucap Aufa. "Ngga papa Pak,"ucapku menahan diri. Mood ku benar-benar hancur hanya karena perjuangan biar nilai ku ngg
,"tanya Aufa. "Ngga ada Pak,"ucapku tersenyum kecil. "Saya masuk sebentar. Kerjakan no 1-5 saja kalo gitu,"ucap Aufa hanya
ponakan mu terus. Mending sama Ibun kan,"ucap wa
wi ku yang mau ngurus tugasnya. K
Ibu masak?,"ucap wanita tadi. "Salah orang kayaknya Bu. Saya mau perbaikan nilai.
ri ini karena masih ada urusan di kampus. Aufa lupa kasih tau,"ucap Aufa tak begi
ng kalo mau nugas. Kan kita kiranya calon istri Mas Aufa,"ucap Nania. "Sudah ya. Terus kalian bilang
Terlalu pendek untuk Kak Aufa. Tapi kalo masak cocok lah,"ucap Nania. 'Yang mau jadi istri Mas Kebanggaan mu jug
ersenyum lebar. "Mas ngga bisa sama yang ini aja kah? Ibu sudah terlanjur cocok sama Almira,"ucap nya mulai melantur kemana mana. "Bun
apat keuntungan apa-apa ini. Harusnya aku yang protes, sekarang bahkan aku harus menulis lagi. Ak