h untuk mengecek. Meski tulisan di layar menampilkan kontak bernama Ibu, tapi a
ar di sana?" tanya suara berat
mataku kembali membendung di pelupuk. "Nay baik-baik aja
ang, Yah," ung
dahulu panggilan berakhir karena ponselku yang kehabisan daya. Sendi-sendi yang lemas
am ingatan tentang Kak Ijul. Semakin aku menutup erat kedua telinga, suara-suara yang m
ang sekarang telah kotor karena jamahannya. Bagaimanapun aku menggosokkan spons kawat dan mengguyurnya dengan air yang banyak, noda-noda itu terus sa
memberontak pecah tak terdengar. Aku jijik pada diriku sendiri. Aku lelah.
semakin menjadi-jadi dan leluasa, sedang kemarahan Kak Yuni sepertinya belum saja mereda hing
menatap hampa pada kran yang masih meny
sa memasuki pernapasan. Semakin lama, kubenamkan semakin dalam. Aku tak ing
dah tak berarti la
anusia kotor sepertiku pantas berada di sa
a, Kak Lily, Kak Hendrik bahkan Kak Yuni. Dinding kamar mandi telah beru
lu familiar di pendengaran dari sisi kirik
h hidup
u sudah keterlaluan, N
ingung, apa yang
lah apa-apa. Kakak sebenarnya sedih karena kamu gak berani cerita, tapi kakak sadar kamu pasti akan
Maaf kalau aku belum bisa memberikan kamu kebahagiaan. Aku pulang hanya untuk membicarakan ini, persoalan cerai nanti biar aku yang mengurus. Aku juga akan tinggal di rumah Mas
ng pada sepasang mata yang men
Hendrik sebagai pria yang jujur, setiap merantau dia selalu mengirimkan hampir seluruh ua
ai. Mulai dari mencuci hingga memasak dikerjakan Ka
rak denganku walau punya banyak kes
aku bangkit dan balas memeluknya. Tak lama berselang, Nisa yang entah
ni melepaskanku dan
dekat-dekat om itu masih aja gak den
ga kita hancur? Ibu jahat! Pokok
erkejut. Aku sendiri tak menyangka jika anak yang baru menginjak usia dua belas tahun
ut bapak," imbuh Via y
rlari ke arah Kak Yuni dan mena
angisan mereka begitu menyakitkan. Hancur
it dan berjalan m
membenci. Sementara tinggal sama ibu, ya? Nanti kalau kalian sudah ikut bapak pulang ke rumah E
ng anak perempuan yang kukenal tomboy dan tangguh itu menangis. Padaha
dalam pandanganku memiliki hati malaikat seperti Kak Hendrik saja ma
r dan meninggalkan rumah. Kak Yuni dan ketiga anaknya me
a masalah apa? Kenapa gak cerita?" Kak Aulia mengalihkan perhatianku, tersadar kalau
? Jadi ini alesan kamu pake jaket trus? B
jujur, tapi kalau mereka tahu masalah akan semakin panjang. Kak Lily juga pasti akan terluk
ak Aulia lagi me
pipinya masih basah dan kaca-kaca di ma
. Kenapa kamu gini? Kakak harus bilang apa sama orang tua kamu, Nay?" Kali in
apa, ntar juga hilang bekas luka
akan semuanya. Aku takut menghancurkan lagi sebuah