ya terdengar jelas. "Gudang itu dilengkapi kamera pengawas. Meski kebakaran mungkin
mu hanya mencari-cari alasan untuk menyelamatkan diri dari ini. Rekaman kamera pengawas dapat d
ap tajam ke
tak tergoyahkan. Setiap kali pria itu menatap seseoran
apan naif bahwa dia dapat mencairkan hati Alex yang dingin. Akan tetap
maaf pada Jelit
membuat Delia merasa ada seember air es yang di
daku?" tuntutnya, kata-katanya hancur kare
memutuskan untuk membawa masalah ini ke pengadilan, kam
sa bagai belati, merobek din
pikir adalah bentuk cinta dan pengabd
erah blusnya, Alex menyer
alam suaranya. "Pak, tulang rusuk pasien retak. Dia butuh perawatan dan isti
erang-terangan menga
minya itu menyeretnya melalui lorong-lorong rumah
rbaring di tempat tidur saat Kartika, yang duduk di sampi
sekilas lalu mengalihkan pandangan, p
ni sekali kamu menunjukkan wajahmu di sini!
sakan hatinya mati oleh r
ungmu? Apakah Ayah ingat pernah bersumpah untuk tidak menikah lagi setelah Ibu meningg
sedia memberinya kesempatan untu
ah Delia. "Kamulah yang mengacaukan semuanya! Kenapa kamu menyeretku ke dalam masalah ini? Se
ampak segar bugar meski kondisin
ia, apakah kamu ingin Ayah menua dan menjalani sisa hidupnya seorang diri? Pernahkah kamu membayangkan betapa kesepiannya Ayah saat k
Alex, apakah kamu sungguh-sungguh percaya aku akan
tu. Wajahnya semakin suram dengan berlalunya setiap deti
l ampun, lalu memerintahkan dengan tegas, "D
esinya menantang. Kenapa di
erbu. Tanpa ragu sedikit pun, tangannya terayun d
serangan mendadak itu, sementara Kartika jatuh
ustru memfitnahnya? Oh, putriku yang malang! Akulah yang harus disalahkan atas segalanya. Seharusnya aku tidak pernah menjadi ibu tiri bagi putri orang lain. Ini semua sa
suk dengan belati tajam karena menya
, dia menghampiri Delia dan
elakang, tubuhnya membentur dinding saat
dinding, pikirannya kusut sementar
cercah harapan masih
a ini membelanya, meski hanya membe
Minta maaf sekarang! Atau aku terpaksa harus menelepon polisi. Kamu sudah melakukan perc