kan miliknya, dan setiap gerakan Leonidas semakin mengikatnya. Ia tahu bahwa pria itu tidak akan membiarkan dirinya lepas
ar itu seolah menggambarkan ketegangan yang memenuhi udara. Pikirannya terfokus pada pertemuan tadi, di mana Leonidas dengan tenang mengendalikan segala situasi, me
layan masuk, membungkuk hormat. "Nona Laluna, Tuan Leonidas meminta An
sesuatu yang ganjil. Leonidas jarang sekali meminta kehadirannya tanpa
saha untuk tidak menunjukkan keteganga
jawab, "Tuan Leonidas tidak menjelas
ju ke ruang kerja Leonidas. Saat ia membuka pintu, ia disambut oleh pemandangan yang hampir tidak pernah ia lihat sebelumnya
untuk menjaga nada suaranya tetap tenang mesk
uan yang terpancar di sana. "Ada sesuatu yang perlu kau ketahui, Laluna," katanya, s
matanya menyipit, mencoba mencerna setiap kata Leonidas. "Apakah ini
nunjukkan wilayah kekuasaan mereka. "Keluarga Savelli hanyalah puncak dari gunung es," jawabnya, sua
ingin tahunya. "Kau bilang itu berbahaya, Leon
apa berbahayanya ini, Laluna," katanya dengan suara penuh amarah yang terpendam. "K
tidak bisa menghadapinya?" suaranya menggetarkan, penuh ketegasan. "Jangan pernah meremehkan ak
Laluna dengan sangat kuat. Matanya yang gelap itu menatap dalam-dalam, seolah
ya, suaranya penuh dengan kekhawatiran yang jarang ia tunjukkan. "
api juga tentang dirinya-tentang perasaan yang tersembunyi di balik kata-katanya yang tajam.
arus ia lakukan untuk melindungi Laluna, namun di sisi lain, ia tak bisa mengabaikan kenyat
kontrol," jawabnya, suaranya serak. "Tapi hidup ini
apan intens itu. "Mungkin itu yang kau pikirkan, Leonidas. Tapi bagi aku, hidu
kan pernah tahu apa yang benar dalam dunia ini, Laluna
. "Mungkin itu benar untukmu," jawabnya, dengan suara penuh tekad. "Tapi aku a
una sedang melawan bukan hanya dirinya, tapi juga dunia yang ia kenal. Dan it
un, di dalam hati, ia tahu bahwa pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai, dan kebenaran yang ada di balik pernik
n yang lebih besar mulai mendekat, mengintai dengan