ap tangan yang menggigil saat memegang secangkir teh. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan bisa terjadi dalam hidupnya.
biskan hari-harinya dengan proyek-proyek kecil dan mimpi-mimpi besar yang selalu terasa jauh. Hidupnya sederhana, tetapi itu suda
ng kadang bisa menusuk, membuatnya dihormati sekaligus ditakuti. Dia memiliki segalanya-harta, rumah, dan pengaruh-tetapi tidak ada seorang pun yang benar-benar mengenalnya. Begitu
ang lalu. Itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang terdengar lebih seperti perintah. Tanpa membe
a lebar, tak percaya. "Tunggu, ma
as dari wajahnya, seolah Alina adalah satu-satunya yang ada di dunia ini. "Aku membutuhkan seseorang yang bis
guan itu seperti tertutup oleh pesona Arjuna yang luar biasa. Dalam sekejap, kehidupannya berubah-dari seorang wanita muda yang bebas dengan im
*
bisa ia rasakan. Ia merasa seperti boneka yang dipakaikan gaun oleh seseorang yang tidak benar-benar peduli padanya. Arjuna berdiri di sam
ar, meski ia tahu pertanyaan itu sudah terl
ian mengangguk tanpa ekspresi. "Aku yaki
asarkan pada kewajiban dan bukan pada cinta? Apa yang ia harapkan dari pria yang bahkan tidak pernah me
tu megah dan penuh dengan perabotan mewah, tetapi Alina merasa seperti berada di dalam sebuah penjara e
an yang dibuat demi kenyamanan, bukan perasaan. Arjuna hanya menginginkan seseorang untuk mengurus rumah dan anak-anaknya, sementar
r yang terasa asing, sementara Arjuna tidur di sisi yang jauh, seolah mereka berdua hanyalah dua orang yang kebetula
alah. Apakah ini harga yang harus ia bayar untuk kehidupan yang lebih baik? Atau, apak
, tetapi di dalam, hatinya
*
erjaannya, selalu menjadi prioritas utama dalam hidupnya, sudah membawanya pergi lagi. Alina berkeliling rumah besar itu,
uh lama mereka yang sudah seperti ibu bagi mereka, dan Alina hanya merasa seperti pelengkap, bukan bagia
irinya sendiri, sambil memandang diriny