itu. Laki-laki yang hanya berbalut handuk di bagian bawah tubuhnya. Kamar ho
h, menyesap bibirny
e tak tahan. Membuat laki-laki itu terkekeh. M
lu menutup kedua matanya
kar, menggerayangi tubuh Zeline yang masih terbalut kemeja tipis biru langitn
kulin, dan hangat tubuh laki-laki itu yang mengurung Zeline. Jarak yang terpangkas habis
ik tubuhnya menghadap ke arah Baskara. Jemarinya dengan genit men
ine yang hanua berbalut kemeja biru la
ibir Baskara sembari melepask
a?" telisik Zeline sambil berdiri. Meloloskan kain ter
Menarik hingga lolos dari tubuhnya. Terpampang jelas pemandangan itu tubu
ambil terkekeh. Membuat wajah Zeline sesaat tertek
selembar pakaian apa pun. Pelan-pelan turun, gerakan meliuk-liuk tubuh rampingnya seakan te
untuk kejantanan putra Walikota yang tak pernah gagal
ujungnya, menelusuri batang berurat yang terasa penuh di genggaman tangannya
....." Zeli
. Matanya terpejam merasakan kepala batang besar mil
ma persis meski semalam ia telah mel
da di dua buah dada Zeline. Meremasnya lembut, mencumbunya, hingga kecupan-kecupan kecil itu b
Baskara dengan cekatan mengimbangi gerakan Zeline. Gerakan maju mundur yang t
kin panasnya permainan. Membuat s
ne. Menariknya, menidurkan Zeline hingga kini posisinya berbalik. Zelin
berurat itu kembali menerobos masuk lagi. Menyibak dua bibir dengan bulu halus yang sudah
g di bawahnya terpampang jelas. Pemandangan
esahan dan lenguhan yang bersahutan. Lubang vagin
kara semakin cepat nai
mua urat di tubuhnya seakan menegang sekaligus. Sekujur tubuhnya mengejang
h kental itu me
kara terbaring lemas. Terkulai di sebelah tubuh Zeline yang juga baru
skara. Senyuman yang langsung diba
kau kosong?"
kan, demi kuliahku," jawab Zeline sembari melingkarkan tangannya
yang akan ia katakan pada semua pelanggannya. Tapi Om fi
itu lagi," umpat Baskar
telanjangnya di sebelah tubuh Baska
ndut dua-duanya," ba
Zeline. "Perut
ermain di leher perempuan itu sembari berbisik; "Bukan dengan perut, Zel. Tapi dengan se
u satu kali keluar. Mau punyamu itu enak ya tetep
ua orang itu