satupun nyawa.
tti. Jeritan dari para penjaga yang tumbang satu per satu terdengar sepert
ardi berdiri dengan tatapan dingin di halaman depan. Wajahnya seperti d
sa!" perintah Lorenzo kepada a
uti oleh jeritan kesakitan yang segera lenyap menjadi keheningan.
sembunyi di dalam
mari besar di kamar tidurnya. Hatinya berdetak seperti genam ini. Lorenzo Ricciardi, pria yang sering d
mahku dihancurkan begini," gumamnya pelan, ta
nggigit bibirnya, mencoba menahan napas. Ketika pintu kam
suara salah satu anak buah Lorenzo
diam, ia merangkak keluar dari balik lemari, m
kaca, suara bariton menghen
menjulang tinggi dengan mantel hitam panjang yang berkibar tertiup an
n mendekat, sepatu hitamnya berderap di la
kipun kakinya gemetar. "Kalau kau datang
Lorenzo dengan senyum s
ya berkaca-kaca. "Jangan sebut nam
anya. "Kau memang berbeda," katanya dingin. "Kebanyakan akan memoh
ripada menyerah pad
lisnya, seolah terhibur. "Menarik. Tapi aku
ya dengan bingung
rita. Kehilangan segalanya, termasuk harga dirimu." Suaranya seperti bisikan iblis yang
membalas dendam untuk keluargaku," ujar Isabella deng
s hangatnya. "Kau akan mencoba, tapi aku pastikan kau tidak akan berhasil." Ia
gannya, tapi tenaganya tidak sebanding. Ia diseret keluar dar
il, tangan dan kakinya terikat. Matanya memandang kosong ke jendela, meny
anya dengan suara rendah. "Tapi aku
Ia hanya menoleh sebentar dan memberikan senyuman kecil. "Kita
tanya. Di dalam hatinya, dendam membara, tetapi di sudut kec
nggi dan pagar besi hitam. Cahaya lampu menerangi gerbang yang tampak s
k membawa Isabella masuk. Dengan tangan terikat, Isabella diseret menuju pint
bella berteriak, matanya
ta santai sambil berjalan di depannya. "Tapi percuma
pun caranya," desis Isabella, ber
apan tajam. "Kau bisa mencoba, tapi aku ingin melihat bagaimana k
idur dengan sprei hitam tampak mencolok di tengah ruangan, sementara s
bil membuka jasnya dan meletakkannya di kursi. "Aku akan memasti
an, menatapnya penuh kebencian.
h dominasi. "Kau adalah milikku sekarang, Isab
atku tunduk padamu," jawab
ihat nanti," katanya, suaranya rendah. "Bukan hanya tunduk, Bella.
a-tiba Lorenzo mencengkeram lengannya d
gi dirinya. Namun, Lorenzo seolah tak peduli. Sorot matanya mengintimi
renzo, nadanya datar. "Semakin kau mel
meludah ke arah Lorenzo, matanya berko
ya terhempas ke kasur. Isabella mencoba bangkit, tapi Lorenzo lebih cepat. Dalam sekejap, tubuhnya sudah be
ci dari wajah Isabella. Suara rendahnya mengalir seperti racun, menusuk ke dalam ketakutan Isabella. "T
nyerah. "Kau pikir aku akan takut pada
a. "Aku suka perlawananmu. Tapi aku akan