rbuka sejak beberapa menit yang lalu. Ia duduk di ranjang, memandang dinding kosong di depannya. Pikiran tent
a ia malas, tetapi karena ada beban yang selalu ia bawa dalam pikirannya. Beban itu ber
h ba
yang Indah, A
memulai perusahaannya, sementara Melisa sudah dikenal sebagai salah satu pengusaha muda yang berbakat. Ke
selalu tersisir rapi, dan senyumnya memancarkan energi yang sulit diabaikan. Dimas
dikenal sebagai "power couple" di dunia bisnis. Saat mereka menikah, semua orang menganggap
pujian itu, ada sesu
tidak pernah puas dengan apa yang telah ia miliki, selalu ingin lebih. Awalnya, Dim
rena perannya sebagai ibu, sementara Dimas merasa bahwa Melisa tidak cukup memberikan perhatian pada
perti ini!" bentak Melisa suatu
mu, Melisa? Kita punya segalanya!"
di rumah ini. Aku ingin melanjutkan kari
gan Arya? Dia membu
i baby sitter ter
n lebih baik jika Arya di asuh sendiri oleh ibunya, kare
nnya di rumah semakin berkurang. Dimas mencoba mengambil peran lebih besar dalam membesarkan Arya,
yang meng
san itu bukan sesuatu yang diambil dengan mudah, tetapi setelah ber
tahu bahwa ibunya pergi dari rumah dan tidak pernah kembali untuk tinggal bersama mereka. Dimas
lagi, Arya. Tapi Papa dan Mama tetap saya
emeluk boneka beruang yang diberikan Melisa saat
i setelah pertempuran panjang di pengadilan, Dimas berhasil mempertahankan hak asuh tersebu
kehidupannya sendiri. Ia jarang mengunjungi Arya, dan itu m
uka mendalam pada Dimas. Meskipun ia tidak pernah menunjukkan emosinya ke
an dirinya tenggelam dalam pekerjaan untuk menghindari rasa sakit. Hubungannya dengan Arya menjad
mereka berada di rumah bersama, suasananya sering sunyi. Arya lebih sering menghabiska
imana caranya. Setiap kali ia mencoba mengajak Arya berbicara,
*
mas pulang ke rumah. Ia menemukan Arya duduk di ru
" tanya Dimas
ngguk tanp
inumnya perlahan, memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki hubungan mere
i?" tanyanya mencoba
nganggu
yang harus dikatakan selanjutnya. Setelah beberapa
nya dengan pekerjaan, tetapi pikirannya tetap kembali pada Arya.
mengirim pesan tentang Arya, tetapi komunikasi mereka terbatas pada hal-hal formal.
li ia melihat Arya, ia melihat wajah Melisa, senyum yang sama, mata yang sama. Itu membuatnya merasa b
ngan Arya, tetapi ia merasa tidak memiliki alat atau kemampuan untuk melakukannya. Ia hanya
angi tetesan air yang mengalir di kaca. Ia merenungkan keputusannya di masa lalu, pilihan y
uk memperbaiki segalanya, tidak peduli seberapa sulitnya. Karena meskipun ia mer