ak buram oleh kabut dan rintik hujan, namun di salah satu lantai tertinggi, seorang pria berdiri menghadap jendela kaca be
biasa dengan dunia bisnis yang keras. Sorot matanya yang tajam mengamati keramaian kota tan
miliaran rupiah. Jadwalnya padat, tanpa jeda untuk memikirkan hal-hal yang bukan urusan pekerjaan. Sebagai salah satu pengusaha muda paling sukses di negeri ini, Dima
mbuyarkan lamunannya. Terdengar suara
n tim pemasaran akan di
sana," jawab Dimas s
an yang berpapasan dengannya menunduk hormat, namun tatapan mereka penuh dengan rasa segan. Dimas bukan tipe at
pat, tim pemasara
datang, p
Dimas dan langsung
terbaru perusahaan. Dimas mendengarkan dengan serius, namun kritik
. Pasar sudah jenuh. Berikan sesuatu yang segar, yang ber
ngar kritikan pedas yang t
kerjaannya. Ia telah membangun perusahaannya dari nol setelah melepaskan diri dari bayang-bayang a
ncapaiannya, ada kekoson
*
ya yang sunyi, memandangi foto seorang anak laki-laki berusia delapan tahun di atas meja kerjanya. Arya. Satu-satuny
emakin terpisah dari putrinya itu. Bukan karena ia tidak peduli, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan kas
memunculkan nama Bu
kan siang lagi," lapor Bu Wina, pe
Ini bukan pertama kalinya ia
u makan, biarkan saja. Nanti saya pulang,
ya, tetapi ia tak tahu harus berbuat apa. Hidupnya sudah terlalu
*
, dengan taman yang indah dan kolam renang di belakang, tetapi selalu terasa kosong. Arya s
nya Dimas ketika
eleng tanpa meno
dan duduk di sebelah putranya. "Kenapa t
m, matanya ter
Akhirnya, ia hanya mengusap kepala Arya dengan kaku sebelum berdiri. Ia tahu bahw
h pergi menuju
Arya baru berusia lima tahun, sebelum rumah tangganya dengan Melisa berantakan. Saat itu, mereka tampak seperti
ya sering kali berbenturan dengan prinsip mereka. Ketika konflik semakin memanas, Dimas memilih berpisah, meskipun itu bera
*
termasuk wawancara untuk mencari sekretaris baru. Pak Arman yang selama ini menjadi tangan kanan Dimas tel
akhirnya, seorang wanita muda masuk ke ruang wawancara. Ia mengenakan kemeja putih sederhana dengan blazer hitam,
bisnis dan memiliki pengalaman sebagai sekretaris di perusahaan
lit, mencoba menguji kemampuan Sinta di bawah tekanan. Namun, jawaban Sinta sela
t terbaik. Meskipun Dimas tidak menunjukkan antusiasme, ia setuju unt
mi menjadi bagian dari tim say
bekerja sebaik mungkin," jaw
ali tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa k
*
di balkon rumahnya, memandangi taman yang gelap. Ia merenungk
dah lusuh. Dimas tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk memperbaiki
lalu mengalir tanpa henti. Ia hanya berharap suatu hari nanti, badai it