idupan sehari-hari kami, aku dilahirkan. Desa itu sederhana, dengan ladang yang membentang sejauh mata memandang, dan rumah-rumah kayu yang berdiri koko
mereka di ladang. Pendidikan formal tidak menjadi prioritas di sini, dan pengetahuan agama kami hanya sebatas yang kami dengar dari para orang tua. Surau terletak jauh di sudut d
n ini, sejak aku kecil, sering menjadi alasan aku menjadi pusat perhatian-dan kadang, perhatian itu bukanlah hal yang kuharapkan. Ada kalanya aku merasa dikeli
di halaman sekolah. Namun, di antara kami, ada rahasia yang hanya aku simpan sendiri. Rasa sukaku pada Faizal, yang tampan dan menawan, adalah sesuatu yang kucoba sembunyikan sebaik mun
mang cantik, tetapi Elina memiliki pesona yang membuat siapa pun merasa nyaman di dekatnya. Aku sering merasa dibayangi oleh pesona Elina, dan meskipun demikian, persahabatan kami tak tergoyahkan. Naufal,
an rencana pernikahan mereka sudah tersusun rapi sebelum kelulusan. Aku dan Naufal hanya bisa tersenyum dan menyembunyikan perasaan kami saat menghadiri
menikahkan kami. Naufal, dengan segala kesederhanaan dan ketulusannya, datang ke rumahku. Kami duduk
al? Aku tidak secantik Elina," tanyaku, mencob
engertian. "Kau juga, apakah kau benar-benar ingin m
segala kebimbangan. Tak ada kata ya, tak ada kata tidak. Namun, kami
pernah kudapatkan dari pria yang kini menjadi suamiku. Dan dalam pencarian itu, aku tersesat, terjerumus dalam dosa-dosa yang membayangi hidupku hingga saat ini. Mungkin, jika ak