idak, ujung jemarinya membelai gunung kembarku. Aku sedikit terhen
ambil tersenyum nakal, me
um kaku dan berusaha m
pa, Tuan," j
nenangkan diri dan kembali ke tugas-tugasku. Meski kejadian tadi membuatku s
anku sesekali melayang pada momen singkat tadi. Aku berusaha meyakinkan diriku
iran mereka membawa suasana hangat dan penuh kasih. Wilma dan Wilona, yang berusia 5 tahun, tampak
akanan di meja sudah siap
yonya," kataku sambil
jawab Thalita dengan an
masih menggendong P
a sambil menyerahkan Prince kepadaku. Tatapannya
u sambil menerima Pr
akin ceria. Devan dan Thalita bersama kedua anak kembar mereka, Wilma dan
angkat sekolah, diantar oleh Pak Arif, sopir yang berusia 51 tahun. Pak
Pak Arif dengan senyum ramah, membuk
an mesra, ia memeluk dan mencium Devan. "Pap, aku antar anak-anak
, seolah ingin mengungkapkan sisi kesensualannya padaku. Aku hanya bisa menu
njutkan menikmati sarapannya. Thalita me
elesai sarapan dan menghampiri
angan nakal ya, mmmuahh," ujarnya sam
n suara kecilnya, membuat Devan tersenyum,
isiknya sambil tersenyum
edikit gemetar, berusaha menyembunyikan kegugupa
ur tempat Mbok Yanti sedang mencuci piring dan suara kegiatan membersihkan yang di
oba menepis bayang-bayang tersebut dan fokus pada Prince yang kini ta
m juga dikaruniai anak. Kadang aku bertanya-tanya, apakah mungkin karena aku tidak mencintainya sepenuhnya? Pikiran i
derhana dan ramah, yang selalu memperlakukanku dengan kebaikan. Meskipun hatiku belum sepenuhnya yakin saat itu, aku berharap cinta akan
kenangan masa lalu. Aku tersenyum dan mengangguk, ikut bermain b
Ada jarak yang tak terlihat antara kami, dan entah kenapa aku merasa tak sepenuhnya hadir. R