sendirian?" tanya ibu mertua ketika melihat I
auh dari rumahnya. Di rumah yang besar itu tinggal ibu mertua, bapak mertua, dan
anak sedang main di rumah tetangga, kal
yang muncul dari kamarnya. Pak Tio hany
da di rumah? Apa se
an untuk bersalaman d
libur lama. Proy
apak dan Ibu mertuanya akan membela anak mereka. Tapi kalau masalah
pernah bekerja. Meskipun begitu dia juga jarang di rumah, hanya pergi memancing setiap hari, kadang malah beberapa hari tidak pulang. Sedangkan kebutuhan rumah sangat banyak. Anak-anak kami
-hati. Ibu Hasna, ibu mertua Ika langsung merasa te
kamu lah yang kerja. Masa kamu mau minta sama Ibu sama Bapak. Kami juga punya kebutuhan sendiri. Bukannya bantu
nya. Betapa sakitnya jadi orang miskin. Minta tolo
ngerepotin orang tua. Meskipun anak-anaknya dititipin sama Ibu, tapi uang bulanan Ibu tuh
anya semakin bertambah dibarengi dengan a
g dulu. Jaman sekarang kan wanita juga banyak yang bekerja. Kalau pagi kamu jualan kue, kalau siang sampai malam kan nggak ngapa-ngapain. Cari lah kerja
annya merasa iba malah terus saja mengoceh membela anak kes
eru Pak Tio den
memberikan nafkah lahir dan batin kepada istrinya. Dia memang yang seharusnya
sebisa mungkin membela dirinya di depan ibu mertuanya
ng belum bisa memenuhi kebutuhan kami. Sekarang Mas Karyo setiap hari hanya mancing di tanggul sungai. Aku
yang ada di dalam hatinya. Sayangnya ibu mertuanya ha
sedikit uang, tapi dengan melihat istrinya saja dia enggan
kahkan kakinya dengan gon
ya untuk membantunya. Sepanjang jalan menuju rumahnya, Ika menangis sesenggukan di atas mo
*
pe, hati Ika terasa tercabik-cabik. Bahkan ketika matahari sudah bergulir ke peraduannya, suaminya belum juga a
g dipakai untuk menginap oleh orang-orang yang mancing. Ada beb
dokter yang mereka kunjungi, tapi hasilnya nihil. Tidak terdeteksi penyakit apapun. Bahkan mereka sudah ke beberapa orang pi
ak pernah merasakannya. Suaminya bahkan sering meminta uang padanya untuk bekal mem
terbersit keinginan untuk berpisah, tapi apa kata orang nant
11 malam. Anak-anak sudah tertidur. Ketika matanya mulai menutup, ketukan pintu benar-benar membuatnya kaget. Siapa yang bertamu malam-mal
Bapak,
heran. H