Rumah kakek selama panggilan telepon pagi itu, dan karena Ibam mengakhiri panggilan
kan pergi ke Rumah kakek, ia tahu bahwa Ibam
an pukul setengah lima sore, Rianti tiba d
king di jalan-jalan terdekat. Rianti menoleh untuk melihat mobil
ah dia menyadari bahwa pengemudi hari i
pang dirinya di jendela mobil, dan tangan lainnya di kemudi. Dita
t mengetuk jendela mobil dua kali untuk memb
bali ke jalan di depannya. Dia perlahan-lahan meniupkan lingkaran asap yang indah, dan ketika asap masih ada di sekelilingnya, dia dapa
rasa malu selama beberapa detik sebelum dia membuka pintu mobil dan mauk ke dalamny
sabuk pengamannya ketika dia sudah stabil. Saat dia mengenakan sabuk pengaman, dia bisa melihat profil sampingnya secara tida
membeku. Dia masih bertanya-tanya apakah dia h
ia tidak akan pernah melihatnya lagi seumur hidupnya. Te
a tanpa henti. Selain suara korek api yang seseka
hingga mereka mencapa
mobilnya. Tanpa melihat ke arah Rianti, dia d
kat kendaraan saat ia keluar sebelum
tanpa peringatan, Rianti secara naluriah menjadi kaku dan mencoba menarik tangannya. Ibam tampaknya telah merama
menatap pria yang menekan bel pintu. Telapak tangannya hangat, tapi wajahn
dia bisa memahami arti eksp
dua dengan hangat ke dalam rumah dan membawakan pasangan itu dua pasang sandal rumah sebelu
ruang tamu setelah mengenakan sanda
buh ke arahnya, memerintahkan ke
bisikkan sebuah rahasia kepadanya, namun hanya Ri
akan panasnya napas hangat di sekitarnya. Jantungnya berd
"Kakek," Rianti langs
a orang yang berbeda kar
ya adalah dirinya yang sebenarnya, sedangkan yan
k karena kedekatannya yang tiba
senyum anggun pada Tuan Berman, yang berjalan ke arahnya saat dia seda
emasuki ruangan, dan ia berseri-seri melihat mereka begitu dekat. Di
.
berada di rumah Kakek, Bibi Iren berlari un
kumpul sebentar dengan Tuan Ber
Berman menghilang saat dia mengendarai mobilnya keluar dari rumah Kakek. W
suk sebelumnya, Ibam tiba-tiba menginjak rem. Larangan berhenti saat mobil berhenti. Ibam bahkan tida
mi oleh Rianti. Dia tidak menanggapi gerakannya da
anya berpura-pura di depan Kakek. Apakah kamu benar
erakhirnya, nada bicara Ibam di
bahwa gerakannya dimaksudkan unt
erdengar lagi. "Saya akan mengatakan yang sebenarnya: jangan pernah berharap! Membayangkan kam
ggap rumah itu menjijikkan han
tanpa sadar tangannya mengenca
ak sedikit pun, jadi dia hanya bisa memegang pegangan pintu mobil dengan menggun
ari mobil, pergi ke kursi penumpang, membuka pintu, menarik Rianti keluar, melemparkannya ke sisi trotoar, dan kemudian membanting mobilnya. pintu ter
terlempar mundur beberapa langkah sebelu
lama, dan dia bisa merasakan sakit yang menusuk di pu
bersandar di papan reklame dengan tubuh kaku selama
bam sudah berangkat. Di jalan raya, berbagai macam kendaraan dengan lam
h menarikkan kursinya untuknya seperti seorang pria yang sopan, menyajikan hidangan favoritnya, dan bahkan menyajikan sup
rna yang menyayangi istrinya. Dia telah menenangkan Kakeknya, yang ingin me
agia untuknya. Namun, meskipun Rianti berseri-seri, tampak sangat bah
dia hanya
likan jantungnya yang berdebar kencang setiap kali pria itu b
ulai sejak
tnya dua tahun lalu ketika mereka
tak henti-hentinya memerah, padahal ia tahu segala ke
ungkapkan perasaannya yang sebenarnya, sehingga dia berjuang sepanjang m