berdebar. Sebagai cahaya lampu yang hangat menyelimuti ruangan itu, ia merasakan detak jantungnya semakin cepat. M
, sambil mengarahkan tangannya ke arah sofa berbalut sutra di ten
n yang elegan itu. Suasana yang berbeda dengan apartemennya yang sederhana d
dengan candaan di matanya, meskipun Clara dapat me
ikan kekagumannya yang terbuka. "Ini... ini
untung bisa mendapatkannya. Kamu ba
rinya meletakan kopernya di kamar utama, itu artin
nemukan kata-kata yang tepat, tetapi pikirannya terus melayang ke
. Setiap furnitur dan hiasan di apartemen Mario tampak begitu jauh dari realitasnya sendiri
enoleh padanya dengan perhatian. "bukannya tad
ndiri bukan? Anakku sedang sakit dia membutuhkan aku." Clara menga
di istriku," kata Mario dia mengambil kunci mobilnya ya
seorang tamu yang tidak pantas. Dia merasa kecil
yang dia bisa, dengan stok yang ada di dapur, dia merenungkan pertemuan mereka dengan hati yang berat. Meskipun Mario b
lya mantan istrinya. Dia melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan
n besok pagi barulah pulang?
stirahat, kita sudah berjanji tidak akan membahas ha
emi masa depan kearah yang lebih baik, Mario tidak suka jika istrinya terlalu curiga
un tangan Mario mencegahnya. Dia mengusap kepala Alya agar wanita itu tida
nanti Papa akan kembali
membuka pintu untuk keluar, dia melihat Niko yang
Gue cabu
ak ng
n akan bercerai setelah tiga bulan ini. Jika bukan karena sepupunya mungkin Mario akan cemburu dan marah namun karena Nik
utuhkan waktu dua puluh menit saja untuk bisa sampai ke apartemennya. Membuka aparteme
belum
merenung dalam lamunan, tiba-tiba
-be
ia mengerutkan keningnya saat melihat di dalam k
la
ggil, dia masuk ke dalam kamar M
da a
jumu masih ada
pa, dia tidak berani membuka lema
ku memang tidak banyak pakaian s
membuka kopernya dan merapikan b
i tolong siap
E
dia siapkan, dia pun tidak ta
dalam kamar mandi, tidak mungkin Mario
enyimpannya di atas ranjang. Tak lama kemudian Mario keluar dengan bertelanjang dada hanya handuk y
itu membuat sepersekian detik wanita
ngambil baju yang Clara siapkan dan memakainya di depan
ar
hadapanya, meskipun pada saat memakai bagian bawah pria itu masih sopan dengan memakai ha
e arah dapur hendak mengambil air minum, dia m
, aku pakai yang s
un belum sempat makan, Mario menarik kursi makannya dan mengambi
iring Clara masih kosong. Mario mengambilkan sedi
aku tahu perempuan itu takut
ia pun makan ber
a kondisi
mendingan sepertiny
a tidak karuan saat setelah dia melangkah menuju kamar Mario, dia semakin takut menghadapi Mario, dia tidak in
g melihat Clara masih mematung di ambang pintu, den
amu pasti bisa ini demi uang ya
tidak karuan dan dia langsung membalikan badannya memejamkan mata
ara
e
n kau tahu tidak baik t
engan perasaan gugup, Mario pun
boleh aku m
ya saling menatap satu sama lai
sa melakukannya sekarang,"
yang sudah dia berikan pada Clara melainkan semua ini sudah ingin dia akhiri, dia ing
endekat pada Clara. Tidak memberikan
ungkapkan. Dalam ruangan yang redup, sentuhan lembut Mario mampu menenangkan Cla
ngan lembut, jantung Clara tidak karuan, terdengar bunyi detak jantung yang sudah tidak teratur,
gunung kembar milik Clara sehingga gunung kembar itu
tidak rela jika Mario menyentuhnya, pakaiannya sudah teronggok di lantai dan kini keduanya hanya b
io, dia menggenggam gundukan kenyal itu hingga
n, kesakitan dan kecem
kesakitan. Wanita itu menangis
a tidak menyangka jika wanita dihadapanya sekarang benar-benar sudah menjaga kesuciannya, padahal dia tahu betul bagaimana kebanyakan pramugari di maskapai
a. Mario, dengan kelembutan dan kesabaran, membimbingnya melalui setiap l
ra," bisik Mario dia berusaha m
s saat dinding pertahan tersebut berhasil M
ngalir, bukan kenikmatan yang dia dapa
Clara setelah ini ka
rasakan getaran yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, campuran antara sakit dan kenikm4tan yang tak terlu
ng menyatu dalam cinta yang mendalam. Mario, dengan penuh kelembutan dan pengertian, berhasil menjebol
g penuh dengan keajaiban dan harapan untuk masa depan yang cerah bersama. Dengan setiap hembu