kah yang dibacanya itu? Kenapa Setiyadi bisa
sedang meneliti buku itu. Firma
ki, Ust? (Ustadz sudsh melihat bagian
sangat amanah, dia tidak akan membuka atau bahkan menyentuh s
an saya membaca siapa pemiliknya. Pemilik buku ilm
Ilyas --yang sebenarnya sangat jarang meruqyah-- masih bingung hendak bagaimana. Dia hampir tidak mengenal Bai dan dunia ruqyah secara umum, dia hanya bisa
engan hal-hal misterius seperti ini," lanjut Firman lagi. Ah, dia sudah terlalu sering terlibat masalah dengan orang-orang Karang Pandan yang berdarah panas itu, mulai dari Sapto sampai Fadli, dan konon anak dan menantu Fadli pun mewarisi darah panas bapak mereka. Menari
adari bahwa dia juga berdarah panas seperti hal
dengan Firman. Ah, pasti menarik sekali
," kata Hafidz. Semua m
. Dia memandang ke arah Hafidz dan
u pulang dengan air mata. Ah, waktu itu Firman tidak punya hati untuk memarahi Arin yang seakan patah hati. Ah, dan sekarang Hafidz sudah begitu dewasa. F
uku ini kepada mereka berdua. Pastilah setelah itu orang Karang Pandan akan segera tahu
adalah menantu Fadli ... dan bahkan dulu Bai sempat meminang Fiki untuk menjadi asiste
menga
kegelian. Ilyas juga paham sekali apa maksud Hafidz, dia tersenyum geli.
ambang saja, njih? Ustadz Nurul Islam menginap
pa abinya malah tertawa, tetapi Hafidz cukup lega, karena kalau Bambang sudah tertawa bera
san WA dari seseorang, dan Hafidz b
ngak dan ter
atu masalah. Kita tidak perlu susah-susah memberitahu mereka, Ustadz. Mereka akan
setuju. Wajahnya merengut mar
A, dia mengatakan bahwa besok dia akan bertakziah ke sini,"
rtama tertawa, disusul Ilyas
mang sangat peka dengan adanya suatu masalah, jadi percuma saja menyembunyikan rahasia dari mereka. Ah, merek
rim, Karang Pandan, Karang Nangka dan Karang Legi. Ah
*
Udaranya panas sekali. Sangat berbeda dengan Karang Pandan, yang mema
ya Faza. Rosalin
sak sepanas ini?" tanya Ros
ng? Aku kan bilang kita ma
mendengarkan ketika kemarin Faza mengajaknya ke Tintr
mpat makan, ya?" bujuk Faza. Rosalina tidak m
h belajar banyak dari bapaknya yang s
yu ... ah, kamu tahu kelanjutannya, yang pasti wanita akan luluh kalau kita pura-pura mendiamkan mereka. Mereka pasti akan bin
but Faza, mereka berpelukan. Hafidz sangat terkejut melihat Rosalina
nggu bentar nggak papa,
awab Faza. Mereka berbicara sendiri, se
Kata Mas Hafidz baru
na men
rannya sudah hampir sebulan yang l
k bisa keguguran, Mbak?" tanya Arina
itu saya masih melatih karate," jawab Rosalin
h? Oh! K
ertawa dan
nnya ini. Cantik, kecil, mungil, seperti masih usia SMA dan nampak begitu ceri
ik Ustadz Bai, atau paling tidak, dulu pernah dimiliki oleh Bai. Faza mengerutkan keningnya, dia hanya heran
lah ini," kata Faza polos. Hafidz sampai harus memahami kalimat Faza beberapa kali dulu sebelum menyadari ap
nya dari tawa, "jelas Pakdhe dan kakak-kakakmu sudah pulang semua. Ibuk memberitahu
k tidak tertarik dengan hal seun
ai Dahlia datang. Setelah dirasa cukup
i aku juga akan pulang. Kamu ikut
ng rencana Firman untuk memberitahu Nurul Islam dan
*
melihat sebuah mobil yang sangat familiar di matanya. Bahk
gan keheranan. Faza mengangguk dan b
erutkan k
lian?" tanya Naim, dia berpura-pura memeluk Faza. Faza bergi
bener, dong, Mas!)" gerutu
ari ke arah Rosalina dan memeluknya. Mereka saling berbag
guk dan tersenyum dan menyadari ternyata Azkiya sudah
Faza dan langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Di pintu dia nyaris menabrak B
Hati-hati, Dik!
encium tangan Bambang. Bambang ters
a tidak apa-apa?" tanya Annisa yang
nya. Annisa memeluk Asma, mereka hampir sama besarnya, mem
Hasna dan Iqbal sudah menunggu di dalam. Wah, pasti tadi mobi
reng aku tadi?" bisik
mengganggu pasangan pengantin baru
Yasna langsung
SI lagi," bisik Yasna. Dia menekan kata ekspedisi dengan tegas dan meliri
un ikut
p aku perlu untuk ikut, sepertinya ini kasus yang
diam-diam dia menikmati drama anta
*
enal Faza, ditambah dengan Malik, anak bungsu
ata Hafidz sambil menunjukkan buku warna merah polos. Beberapa orang terkesi
di, paling tidak kepada abi, atau kepada kita semua," kata Hafidz, "menjelang meninggal Ustadz Setiyadi berpesan kepada Abi tentang beberapa patah kata yang agak membingungkan. Kata-
alam, sampai ibuk meminta saya untuk memberitahu Ustadz Setiyadi agar jangan terlalu sering pulang malam karena su
ya, sak
menga
angsung parah dan beberapa kali dibawa
dibawa ke ruma
arah pakdhenya yang bertanya. Sebu
ng membawa ke rumah sakit, dan selama masa sehat itu, beliau juga mengatakan bahwa beliau tidak ingin ke rumah sakit. Itu terus yang beliau katakan," jawab Hafidz,
Setiyadi meruqyah ke m
i, di dekat Ketanggungan. Kalau lewat jalan raya dekat sekali dar
diri?" tanya Naim tak percaya,
ong pada Yusuf, aku atau Ustadz Ilyas untuk mengantarkan. Yang paling sering, ya menyuruh Yusuf," kata Hafidz sambil menunjuk kepada seorang pr
Mas! Fadli tidak tahu kalau ada putra Ustadz Setiyadi!" seru Fad
Tidak, Ust. Saya di sini saja,)"
perti Setiyadi, sedikit pemalu da
u, ya, Mas?" kata Fadli, beberapa orang tertawa.
lagi sampai kemudian adzan Dhuh
kali, njih, Ustadz Bambang," kata Fiki. Bambang tertawa. Sejak kemarin Fiki sudah menawari hal itu, tetap
a harus makan dulu, njih? Annisa sudah menyia
ngucapkan banyak terim
*
asa galau dan risau. Tadi dia mendengar umminya menyambut seorang wanita cantik
a bilang akan meminjam HP abinya sebentar. Abinya sekila
di nomor abinya. Nomor Aida. Dia menelpon video Aida k
ng tertawa
a?" tan
di rumahku!" seru
bunga-bunga. Mereka ngobrol tentang betapa gante
za sudah menikah?" t
am diam. Aida juga namp
" jawab Aida. Azki
sini, Da," bisik Azkiya. Merek
dimarahi ummi karena berteriak-teri
up panggilan rahasia itu. Annisa berdiri
k? Disuruh sholat, kok!" teri
ar lagi, Mi!" se
HP Bambang yang
au Azkiya pinjam HPnya abi?" tanya A
menga
(Sudah, Mi,)"
galkannya, Azkiya segera mengambil foto Rosalina yang kebetulan sedang dudu
sel
*