ting tulang menghidupi putrinya. Awal mula ia tinggal di Riau sangatlah s
ateringnya. Masakan wanita itu memang enak,
beda dengan tempatnya tinggal dulu. Mantan istri Dika memulai usaha kecil-kecilan saja.
tiba-tiba pindah kosan dan tak diketahui alamatnya di mana. Tentu saja Amel merugi. S
aha kateringan khusus ke kantor-kantor. Dan ia mendapatkan penawaran besar, terlebih dahulu Amel diminta menghadap seseor
las saja ibu Mila ketakutan. Ia langsung kabur dan tak mau berurusan dengaan pihak perusahaan itu
a. Bisa ia santai sejenak tak perlu bangun di pagi buta untuk naik angkutan umum ke pasar at
enyeterika terus-terusan menggunakan tangan. Ha
kan untuk memulai usaha apa. Ia masih menyimpan nomor ponsel Dika. Ingin ia hubungi, bukan
kanlah anak yang kehilangan hak nafkah dari ayahnya, juga bukan anak
ng mengangkat seorang perempuan. Terdiam Amel di tempatnya. Sudah ia duga cep
secara agama juga negara. Lekas saja Amel tutup panggilan itu dan berjanji seumur hidupnya tak akan mem
n hubungan. Padahal dia darah daging dan nasabnya ada padamu. Ya sudahlah, anggap saja
sekarang wanita itu belum berpikir untuk menikah lagi. Ia fokus mencari uang membe
, Amel membuka usaha rumah makan kecil-kecilan saja. Yang makan bisa dipastikan para mahasi
ki yang pembawaannya terlihat kalem dan tidak banyak menuntut, hanya saja ia kurang sehat
a ketiadaan surat nikah dan kartu keluarga. Tanda pengenal saja ia buat tem
an dan cita-citanya. Lelaki bernama Akmal yang Amel jumpai setiap pagi, ia duda tanpa ana
juga butuh Ayah, tak tega Amel melihat dia tumbuh kekurangan kasi
a di sana lagi. Namun, jawaban lelaki itu sungguh diluar dugaan. Ia
ia tak punya anak. Amel menerima semua kekurangan itu, sebab ia pun punya kisah kelam juga. Bukank
mengulangi kisah yang lama, ia catat pernikahan keduanya agar sah tak hanya pada agama saja, tap
KK baru, tentu dengan memberikan uang tambahan pada petuga
berangkat sekolah dulu. Akmal tak bisa diharap banyak, selain k
dalam lamunan usai lelah bekerja mencari uan
. Tapi bukan aku yang minta lahir ke dunia ini." Keluh kesah wanita itu sam
kedua sudah berjalan selama beberapa tahun, suaminya memang baik dan setia.
ila dan mengurus pengobatan suaminya. Usaha Akmal di pasar sudah
amil anak kedua. Tak Amel sangka-sangka ia akan pun
a tak punya teman untuk bertukar pikiran. Tak sempat bergaul dan kumpul-kump
. Batuk yang ia derita juga termasuk menghabiskan uang Amel untuk pe
ng dulu tak Abang terima lamaran kamu." Lelaki itu menggenggam dua tangan
. Amel dulu banyak dosa, semoga ini bisa menjadi penggugur segala dosa A
mai dan tentu saja sempit. Mereka harus pandai-pandai m
menyayanginya sepenuh hati, bahkan ia sering mengambil alih tugas ibunya ketika A
yang ukurannya tidak pernah bertambah luas. Dengan kes
pernah diberi tahu soal ayah kandungnya. Amel menganggap hubungan keduanya telah putus
at itu telah berusia 21 tahun. Ia bekerja sam
ebesar Rp. 1.000.000 atau Rp 1.500.000 untuk yang tipe
n uang pendaftaran terlebih dahulu ketika sebagian
Ia ingin hidupnya lebih baik juga kedua orang tuanya. Kasihan melihat ibuny
ila tengah menjaga pameran perumahan. Ia bagikan brosur pada
iri Mila. Ia menanyakan ini dan itu seolah-olah ingi
ih lanjut manatahu ada diskon dari bos." Gadis itu membuka buku
nomor ponsel gadis yang bisa ia hubungi. "Cantik juga, persis seperti anak lelaki Nyonya Besar," u
nah yang baru satu bulan semua satu k
ya sampai cucu saya hidup susah begini." Bu Inah menghela napas, kes
sam