enaruhnya di rak yang sudah tersedia. Pulang kuliah siang terik
emunculan Widi yang tiba-tiba. Temanku itu emang asli o
g dekat kasur, "gerah banget koh," sambungku beranjak menuju
ru," ya begitulah interaksi kami berdua. Sema
n--deket sih jaraknya, perkiraan dari pesa
alah suka lupa menaruh barang berharga
gue,
istighfar tiga kali. Maaf ya, anak pondok pun juga manusia. Suka me
ketahuan dosen pakai sandal--alhasil balik kampus maning. Arghh, itu loh, waktu pengerjaan ulangan empat puluh lima menit. Kehabisan waktu buat di jalan d
enyum kayak ngana tah. Mikirin iy
engin aku sumpel pake kaus kakinya Haikal?
ak ngapa-ngapain," waduh, si e
Kal. Aku k
tuk kaki meja saking kagetnya, dan Darren menjatuhkan ponselnya sendiri. Widi ini orangnya pendiem. Tapi,
*
elipir sebentar ke dapur pondok. Siapa tau ada makanan. Makan
, ada temen
iden--pengurus santri putra--
den seperti saudara sendiri. Makanya aku tidak merasa canggung sama sekali. Namun balik l
anya seraya mengaduk-ngaduk
ampus," tugasnya belajar. Masih ada lim
aku," cetusku dibalas g
am batin. Nanti ada berita yang berjudul 'salah satu santri putra kecipirit di dapur
enku ada yang bawa makanan. Setauku, si Arion jam kuliahnya mala
lang tadi?? Harapanku s
. Anak pondok yo apa-apa dilakukan bareng-bareng. Punya makanan berbagi sama temen. Tidak untuk satu kamar saja--melainkan teman lainnya juga.
berharga yaitu Ibu tercinta. Di sampingku ada Widi. Dia pun lagi mainan ponsel. Sudah menekan tombol kirim, aku pen
penasaran dong, aku tengok
gak?" aku menggeleng p
lah, malah ngejek koh, "seriusan a
biru, Han. Sin
nselku kepada Widi. Enta
filnya. Yang paling
pi tak urung melak
imana la
ur sama a
us dah, aku kayak la
Tinggal nunggu l
kemudian, aku terus pa
ada yang suka s
njutku sambil gel
ri aplikasi tersebut, k
adar menyenggol lengan temanku, "Han?! Untung pons
atinku mengklik nama cewek--yang