Alasannya memesan hotel khusus ini adalah untuk menghadiri acara pert
kaiannya, dia berjal
ntai dua berkilauan d
jang, sebuah suara yang tidak asing ter
bak dengan ragu untuk sesaat, teta
, wajahnya terlihat kaget dan le
u pada Livia, men
Ilham anggap bersifat permanen. Namun, kembalinya Livia memperlihatkan Li
ipit, merasakan t
ja kembali dan sudah me
u, Adelina mulai menyus
gan Livia. "Senang sekali kamu kembali, Kakak. Kami
teatrikal, terjatuh ke lantai dengan berlinang air mata. "Apakah kamu masih membenciku, Kakak? Saat itu
ti akan membuat pria m
h, Livia. Kenapa kamu masih bersikap kasar? Dedikasi Adelina pada perusahaan tanpa kehadiranmu sungguh tak tergo
ngai, lalu dia tiba-tiba m
ndangan, Adelina terjungkal,
an adalah hal yang terpuji. Tapi pria ini ...." Dia menunjuk ke arah Ilham. "Kulihat dia masih b
ena marah. "Siapa yang k
a muat, apa kamu masih butuh cermin untuk
berubah. Kamu pergi beberapa tahun dan
volusi, tidak seperti beberapa
m, tak bisa
aca-kaca karena air mata yang tak tertahan. "Kakak, tolong jangan marahi Kak Ilham.
rcaya bahwa sikap Livia adalah ta
h membuat kemajuan. Dia sekarang bermitra dengan L.P, seorang jenius dalam desain perhiasan. Sedangkan kamu? Kamu mun
in tidak luar biasa, tapi kolaborasiku dengan L.P telah menarik perhatian di seluruh Lewo. Kakak, aku
ham sambil mencibir. "Acara ini eksklu
sombong menyindir bahwa mereka
n undangan VIP-nya pada seorang staf. "Biar kucat
nak, lalu dengan membungkuk hormat, dia mengu
standar, memerah karena malu d
bisa mendapatk