i bahwa susu Adel habis namun Tari sama sekali tidak membicarakannya pada
u seraya melangk
lihat bingung karena pan
amu berikan unt
anya, itu,
ha menahan amarah yang mu
el, Mas." jawab
uk anakku?" Bentakku dengan membanting dot bayi yang masih terdapa
ya berdiri mematung dengan air mata yang terus
a ini Tari jarang sekali menangis di depanku. Bahkan terbilang tidak p
Rasanya amarahku meluap begitu saja
i
apan kosongnya. Aku seperti tidak me
ya?" Tanyaku dengan lembut namun nihil.
u bukan air susu seperti apa yang selama ini aku belikan untuk Adel?" Tanyaku ha
ngan ucapannya yang terdengar l
nya. Mas hanya tanya sama kamu. Air apa yang kamu berikan untuk Adel?" Tanpa terasa aku kembali menaikkan intone
i dengan berderai air mata, namun anehnya tatapannya tetap sama. Tetap koson
gan marah, aku minta maaf." Tari terus meramcau
uh di luar dugaan. Aku kembali di kagetkan dengan lengki
nku. Tak ia lakukan gerakan sedikitpun padahal
mun Tari masih tetap diam meli
enar saja, suhu tubuh Adel memang tinggi. Mungkin itu
seraya mendekat
g sakit, Nak." Tutur Tari seraya mere
nget, Mas." Tu
usku karena sangat khawatir dengan keadaan Adel kal
ri panik saat ku lihat tubuh Adel mengeja
!" Aku langsung menyambar kunci yang sebelumnya di atas nakas.
dengar ragu dengan ke
t. Adel harus segera mendapatkan pertolongan sebelum terjadi
ampir saja tidak bisa mendengarnya karena volume y
sekarang kondisi Adel." Aku menarik Tari
arkir di garasi. Sungguh keadaan ini membuatku sa
a. Tak ku hiraukan beberapa klakson yang sengaja d
segera memberikan pertolongan pertama pada Adel
letakkan Adel. Adel segera di bawa ke ruang UGD un
Biarkan dokter yang akan menangani pasien." Ucap sa
aan ini membuatku frustasi. Ku lihat Tari yang telah bers
a Tari yang terlihat
aku gagal." Tangis Tari pecah saat aku memeluknya. Bar