ah kaki yang mendekat membuatku lebih sigap, menajamkan indera pendengar. S
engan tangan yang bertumpu di meja. Danan selalu saja terlihat menawan d
ahmu pucat dan
an dari pria yang sudah kukenal sejak pertama masuk di kantor ini dua tahun yang lalu. Dia pasti tah
njawab pertan
tak ingin berbasa basi lagi. Apa dia tidak peka dengan keadaanku k
ya. "Aku butuh bolpoin gel tebal, untuk tanda tan
k uang. Bagi kami para karyawan yang bekerja di bagian umum, sangat anti dan tak boleh mendapat protes dari mereka, karena nilai survei bagian umum pasti akan buruk. Jika buruk, semuanya akan
lan ke ruang alat tulis, menempelkan ID
tanyaku untu
enga
, lalu memberikannya pada Dan
"Mukanya jangan ditekuk seperti itu. Kau terlihat tak senang be
gosip. Gosip yang diciptakan dari perkumpulan gadis-gadis yang menyukai pria bertubuh jangkung itu. Aku sendiri tak m
tak bersamamu lagi. Kau bebas meng
ang terlihat masih kekanakan dan pria yang tak tahu nilai uang, berbanding terbalik denganku yang selalu berhemat. Ditambah Danan memiliki usia enam bulan lebih muda dibanding diriku, yang menjadika
. Atau pura-pura lupa? Mengapa aku masih memakai barang pemberian dari pria berengsek itu? Apa aku masih tak rela? Itu sudah jelas. Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang akan t
mampu membuat dadaku sesak, mataku memanas, dan napasku memburu. Aku marah dengan diriku sendiri yang gampang tertipu oleh semua omongannya. Aku
ktu. Mungkin saat ini aku tak bisa melupakannya dengan mudah, tetapi aku yakin di suatu saat nanti aku mungkin tak akan pernah lagi peduli terhadap apa ya