g-orang di kantor pun ikut mempertanyakan kebenaran tersebut. Hidup di zaman sekarang yang penuh dengan kecanggihan dan modernisasi membuat informasi beg
. Mungkin bagi mereka, akulah gadis yang paling menyedihkan di dunia ini. Aku pun meng
ari arah belakang. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa pemilik parfum beraroma vanila terse
n," cicitku t
penyemangat. "Kau tidak bersalah. Justru Dani yang harusnya malu. Dia mengh
Nina juga menangis? Segera kubalikkan tubuh dan mendapati Nina mengusap m
mu terus menerus membelanya. Makanya, sekali-kali kamu harus mendengarka
lah pria toxic yang selalu menyabotase waktu istirahat dan waktu bermainku dengannya. Ya, aku akui, Dani selalu melarangku untuk keluar rumah, pria itu selalu saja marah dan mengomel jika aku
terisak. "Maaf karena telah me
emakin bersemangat jika melihatku meratapi nasib yang tak bisa lagi diubah. Ya, kebanyakan dari mereka akan terlihat prihatin, tetapi rasa prihatin itu hanya sebu
damu, perbanyak lagi sabarmu, karen
ukankah terlalu lama untuk
uhan kapan akan menyetujui berkas-berkasmu." Ia tertawa. "Maka da
menikah dengan seorang pria yang menurutku cukup baik, ia pun berangsur-angsur mengubah perilaku dan sifatnya. Mulai dari berhijab, memperbaiki ibadah, dan menghapus kela
n aku membalaskan
as dendam padanya. Perlihatkan padanya,
lakukan itu semua. Ketakutanku jelas lebih besar da
orang-orang hanya akan terus memandangmu rendah jika kau terus bersikap patuh dan masa bodoh dengan orang-orang sekitar. Mereka akan menganggapmu sebagai gadis yang selalu t
pan orang-orang padaku. Tepatnya, aku tak mau ambil pusing dengan semuanya. Aku memilih diam karena berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku malas untuk membela diri jika orang-orang mengucilkanku h
u terlalu berlebihan, aku justru memaksakan diri untuk terus mengabaikannya. Tujuanku hanya satu
a. Hidupmu terlalu ab
mungkin akan tersinggung jika kalimat tersebut dikatakan oleh orang lain, berhubung
itu dia mencari yang lunak." Kekesalan di wajahnya masih terpatri. Nina
gan bahas
u. "Yuk, cari pacar baru yang jauh lebih tampan, kaya, dan siap menerimamu apa adanya. Duda tak
elalakkan mata yang masih sembab. "Apa kau
g kalimatku. "Dani saja sudah mendapat cadangan sebelum berhasil menceraikanmu, jadi k
Tidak secepat ini. Aku ma
undakku. Lagi-lagi ia mengatak
maka aku akan siap membantumu." Setelah itu i