sofa, memejamkan mata dan mencoba
ba meraih-raih ponselku... aku
TUUUUUT..
melihat lagi foto Lidya dan selingkuhannya itu yang kini sudah berlumuran cairan sperma kentalku. "Anjg!!! Nambah-nambah kerjaan a
b juga. Aku lempar ponselku ke sofa. Aku termenung menatap layar laptop. Kemudian aku mencoba mencari
ada satupun yang Lidya tanggapi. Hanya ada satu nama lelaki yang selalu ditanggapi Lidya, yaitu Pak Ridwan. Bahkan Pak Ridwan tak ragu memberikan pujian tentang fisik Lidya.
n dia. Tubuhnya pendek, perawakannya kecil, rambutnya hampir habis.. hanya menyisakan bagian belakang da
u membeli mobil seharga 2 M. Tetapi Pak Ridwan menjadi cocok jadi tersangka, karena tadi pagi aku s
isini? kira-kira istriku ini lagi dekat dengan Pak Ridwan ata
yak. Darimana? Dari siapa? Aku cukup lega karena sudah menemukan
menemukan akunnya karena dia rajin comment di setiap pos
da waktu ga? Ada yang pengen dibicarain, tap
ng ia post sekitar pukul 12, sekitar satu jam yang lalu. Anehnya ia berfoto bersama sekumpulan orang yang diperk
andung... yeaaay akhirnya balik Bandung kete
ula! Sudah terang benderang kali ini, Lidya memang sudah membohongiku!!!! Tanpa perlu mengorek info dari postingan yang lain, aku sudah semakin yakin da
ah 3 Lidya menelepon, aku
dari suaranya seperti orang yang sedang mengatur nafas
diangkat-angkat?", jawabku d
..................
T TUT
ghubunginya, namun kali ini teleponnya tidak
fas Lidya yang tersengal. Pikiranku kembali melayang jauh, mungkin akibat terlalu sering menonton film JAV yang menceritakan seor
ku tahu itu bohong. Tapi setidaknya aku bisa mengeceknya langsung sekarang, membuktikan bahwa itu ben
dur di sofa bed depan TV, karena aku tak t
*
belum dinyalakan!", gumamku masih keadaan belum sadar 100%. Setelah kunyalaka
uga kamar mandi, namun tak kutemui sosoknya. Aku memaki diriku sendiri, mengapa aku
ikan di salah satu jaketku yang tergantung di kamar. Tadinya aku memang perokok berat, tapi setelah pendapatanku menurun, aku merasa malu untuk merokok di rumah apalagi depan istriku, walau
a aku bisa tahu kalau istriku pulang. Aku coba kembali menghubungi nomor ponselnya, t
i dia sedang berada di kamar hotel, apakah dia tidak akan pulang malam ini? Atau jangan-jangan ia tak akan pernah kembali lagi ke rumah ini, yang masih m
K TEK TIK
ih tetap berada di ruang tamuku. Jujur, harapanku semakin menipis akan kedatangan Lidya, tapi aku masih berharap istri kesayanganku itu pulang, apapun
mbuat kepalaku menoleh ke arah jendela. Aku berhar
rna silver berhenti di depan rumahku. Sepertinya taxi online, karena kali ini
nda-tanda orang turun dari mobil itu. Sekitar 2 menit, atau mungkin itu berlebihan karena aku tidak memegang
at mobil yang terhenti itu sedikit bergoyang.... pelan.
bil goyang itu benar atau tidak), kemudian memang benar Lidya yang t
h Lidya sedikit condong ke dalam, sehingga aku bisa melihat setengah bulatan pantat indah Lidya, setengah lagi terhalang oleh pintu mob
ganti mobil? Jika benar si Mr. X berganti mobil, rasanya terlalu jomplang antara mobil yang tadi pagi dengan mobil yang ba
mang senang dengan kepulangannya, tapi rasa kesal terlalu tebal menyelimutiku. Melihat ekspres
aku tampakkan selama beberapa bulan terakhir. Aku memang tidak punya uang, tapi demi mempertahankan
lukku erat. "Papah, udah makan?", lanjut Lidya dengan mengangkat wajahnya yang letih, sor
lukannya dengan sedikit memaksa. Aku berbalik menuju ruang TV, kunyalakan tel
a bersimpuh dihadapanku yang sedang duduk di sofa. Lidya menggenggam kedua tanganku dan m
andi?", aku masih belum m
agi, kemudian tanpa berbicara ia langkahka
u di kepala tempat tidur, menunggu istriku selesai mandi. Pikiran kotorku kembali mendatangi, Lidy
aranya terlihat menyembul. Lidya tersenyum manis ke arahku, kali ini sudah ti
iku yang aku lihat jelas dari tempatku bersandar, aku tidak menemukan tanda merah sisa '
sam