img Neng Zulfa  /  Bab 2 Pengantin Baru | 2.70%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Pengantin Baru

Jumlah Kata:1692    |    Dirilis Pada: 27/11/2023

Zahra

u. Lalu seperti adat orang ala Jawa Timuran, resepsi diadakan sehari setelahnya. Bedany

a alumni, tokoh masyarakat dan warga sekitar, saudara, kerabat, teman-temanku maupun Gus Fatih, juga tamu para masyayikh dari berbagai pesantren di Jawa Timur. Bah

tidak langsung pernikahan ini juga menjadi penyatuan dari dua pesantren besar milik Abah dan Kiai. Dan itu sudah biasa terjadi di kalangan kami. Kalangan

iai dan Bu Nyai yang memanggilku. Kukira mereka mau menambah hukumanku. Hatiku sudah berdebar hebat saat itu,

icarakan niatan mereka untuk menjodohkanku dengannya, bahkan Gus Fatih sendiri menyetujuinya. Aku dibuat bingun

a waktu untuk berpikir dan mengambil keputusan. Usiaku saat ini 19 tahun dan Gus Fatih l

ih yang akan menjadi suamiku. Aku takut tidak bisa menjadi istri yang baik, takut belum mampu hidup berumah tangga walau pendidikanku di

kesediaan Gus Fatih menikahiku. Itu berarti dia benar serius pa

dengan Gus Fatih-untuk ke sekian kali, mimpi yang sama selama tujuh hari berturut-turut. Aku pun mendatangi Abah dan Umi yang senga

us Fatih terlebih dulu. Aku takut kalau sebenarnya dia juga ragu akan perjodohan kami. Tak disangka, Gus Fatih kemudian yang malah meyakinkanku sen

dan Bu Nyai yang mengawasi dari ruang tengah. Setengah jam kami bertukar pikiran sampai Gus

anutan dan imam yang baik dalam kehidupan rumah tangga kita. Dan jika kamu masih ragu akan keputusanmu, maka

begitu juga denganku. Besoknya aku langsung diboyong pula

kerabatnya. Semua berjumlah delapan orang. Dia terlihat menawan sekaligus lebih tampan dalam balu

ok denganku. Gus Fatih yang ditanya langsung berkata ungu karena ungu memang warna kesukaannya. Aku dibuat tertawa mendengarnya. Aku bahagia. Terlebih melihat ekspresi Gus Fatih yang melih

wisuda pondok Gus Fatih tiba-tiba mendapat panggilan mendadak ke Mesir dari salah satu dosennya. Pernikahan yang kurang semin

mpai pernikahan, kenyataannya memang selama di Mesir kami juga lost contact. Gus Fatih yang rajin menghubungi sekadar menanyai kabar tidak pernah lagi menelepon, bahk

*

amu'al

eja rias segera menyelesaikan sisiranku dan menoleh padanya. Dia

enghampirinya. "Mas mau langsung istirahat atau kubuatkan wedang dulu?" tanyak

n tidur yang diberikan Ibu-Bu Nyai yang sudah jadi mertuaku dan menggerai rambut panjangku, berharap Gus Fatih malam ini mau

emudian pergi membawanya. "Aku mau mengkhatamkannya," katanya sebelum masuk ke ruangan sebelah. Ruangan ukuran 3 x 4 meter yang berisikan seb

ya. Menatap ke ruangan sebelah yang pintunya dibiarkan terbuka, menampakkan sosok Gus Fatih, suamiku yang sudah bersalin mengenakan kaus putih lengan

tikan lampu. Berjalan gontai ke ranjang lalu membaringkan tubuhku. Mataku terpejam, tetapi ai

i padaku. Apa dia tidak mencintaiku? Namun, kenapa dia tetap menikahi

iga hari sekali setiap Gus Fatih mau berkunjung ke rumah makan yang menjadi bisnis baru rintisannya, dia selalu bertanya aku mau apa, lalu dia akan membelikannya.

pamit padaku dan menciumku setiap hendak pergi, aku pun selalu menyalaminya bahkan pernah sekali balas menciumnya. Namun, kenapa? Kenapa

et

mar yang menunjukkan angka setengah dua lalu melirik sisi kananku. Kudapati Gus Fatih sudah b

k mencintaiku? Lalu, bagaimana dengan janjimu? Kenapa kau set

benarnya aku belum bisa tidur sejak tadi, mataku hanya terpejam menahan air mata yang terus keluar

hu ak

yang biasa dikenakannya berjemaah di atas sajadah birunya. Wajah tampannya tampak teduh terkena cah

lat berjemaah bersamanya. Setidaknya salat malam kan bisa karena dia selalu mengerjakan salat fardunya jemaah di masjid. Kenapa tidak meng

m. Gus Fatih barusan sudah selesai mandi saat terdengar suara azan Subuh, dia sekarang sedang bersiap pergi jemaah ke masjid. Aku terus menutup

h baru saja dikumandangkan. Aku bangun dan langsung mendapati pantulan diriku sendiri dari cermin meja rias yang memang mengh

tri malah akan menimbulkan pertanyaan dengan wajah seperti ini. Entah bagaimana

*

img

Konten

Bab 1 Prolog Bab 2 Pengantin Baru Bab 3 Soal Cucu Bab 4 Cuma Mimpi Bab 5 Amin Paling Serius Bab 6 Sepucuk Surat Cinta
Bab 7 Memorabilia Wisuda
Bab 8 Bulan Madu
Bab 9 Mutiara Mesir
Bab 10 Menghindar
Bab 11 Gus Adhim
Bab 12 Tangis Zulfa
Bab 13 Menebas Jarak
Bab 14 Kasih Sayang Adhim
Bab 15 Jalan-jalan
Bab 16 Bertemu Gadis Mesir
Bab 17 Manuver Gus Fatih
Bab 18 Perawatan Pengantin
Bab 19 Merasa Sempurna
Bab 20 Sisi Lain Gus Fatih
Bab 21 Kebersamaan Manis
Bab 22 Notifikasi HP Gus Fatih
Bab 23 Pesan Rindu
Bab 24 Bayangan
Bab 25 Tentang Mas Adhim
Bab 26 Hal-hal Ajaib Bersama Mas Adhim
Bab 27 Kabar Mengejutkan
Bab 28 Andil di Pesantren
Bab 29 Kedatangan Neng Shofiya
Bab 30 Gus Fatih vs Gus Aji
Bab 31 Resah
Bab 32 Deep Talk
Bab 33 Diperlakukan Berbeda
Bab 34 Pelengkap Cinta
Bab 35 Suka Cita
Bab 36 Shofiya dan Ketakutannya
Bab 37 Mimpi Buruk
Bab 38 Jebakan Shofiya
Bab 39 Ngidam
Bab 40 Tamu Istimewa
Bab 41 Rumah Makan Wonosalam
Bab 42 Lebih Dekat dengan Fakta
Bab 43 Aneh
Bab 44 Yang Seharusnya
Bab 45 Langkah Besar Shofiya
Bab 46 Gus Fatih, Gus Adhim, Gus Aji
Bab 47 Percakapan Dua Saudara
Bab 48 Peringatan Gus Adhim
Bab 49 Cinta Pertama dan Anak Pertama
Bab 50 Menyadari Sesuatu
Bab 51 Pengakuan Cinta
Bab 52 Badai Masa Lalu
Bab 53 Sabrina dan Pernyataannya
Bab 54 Luka Hati
Bab 55 Hampir Kehilangan
Bab 56 Duka
Bab 57 Amarah Aji
Bab 58 Buah Cinta
Bab 59 Keluarga Ndalem Kediri
Bab 60 Keputusan Zulfa
Bab 61 Pergi
Bab 62 Cinta Sabrina
Bab 63 Hari-hari di Kediri
Bab 64 Bertemu Kembali
Bab 65 Konversasi Dua Hati
Bab 66 Spesial: Wejangan Abah
Bab 67 Epilog: Cinta Sejati
Bab 68 Extra Chapter (1)
Bab 69 Extra Chapter (2)
Bab 70 Extra Chapter (3)
Bab 71 Extra Chapter (4)
Bab 72 Extra Chapter (5)
Bab 73 Extra Chapter (6)
Bab 74 Extra Chapter (7)
img
  /  1
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY