img Neng Zulfa  /  Bab 5 Amin Paling Serius | 6.76%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Amin Paling Serius

Jumlah Kata:1563    |    Dirilis Pada: 27/11/2023

Zahra

aku tidak langsung kembali ke ndalem. Sengaja aku mengunju

ih berdiri di tempatnya. Fotoku bersama para penghuni kamar pun masih menempel berkat solasi di em

atan mandi bagi teman-teman satu kamar yang lain. Aku bersyukur lemari itu tidak dikeluarkan dari kamar ini dan malah dimanfaatkan seperti itu, aku jadi bisa mengena

akan cicak di langit-langit plafon, rintik hujan yang menjajaki teras saat angin bertiup kencang dan kadang terserak ke dala

tahun ini. Aku merindukan kamar ini. Merindukan masa-masaku di sini. Merindukan saat aku

en

asih menatap persegi dengan bingkai s

ubuhku. Tampak wajah pol

m boyong di masa awal jabatanku. Singkatnya gadis berkerudung coke

katanya santai, entah kenapa t

tatap kedua ma

pala. "Di kantor pondo

enuru

antri putri yang terlihat mulai sibuk dengan kegiatan pagi terlihat lebih manatap pen

narnya mereka sudah begitu selama aku mondok. Berkat sebutan 'Neng' yang secara tak langsung tersemat di namaku membuat ma

tidak dekat denganku atau ada di kelas bawah tingkatku dan para santri baru balas mengangguk dan tersenyum. Sedang para santri yang

ya, ternyata. Biasanya hanya lihat dari jauh saat jemaah

lum kalau dulu Neng Zulf

kalangan para santri. Selain canti

Neng Zulfa bisa diperistri Gus

ya mondok di sini? J

Zulfa sama Mbak Zinda dengar. Lebih baik

tahu ceritanya daripada s

ngka jika aku masih menjadi buah bibir di pondok putri. Terlebih yan

man para santri baru itu, yaitu ucapan seseorang y

dari mana, diam-diam aku mengamini 'serasi' itu. Berharap kata itu berarti utuh menjadi satu, bukan sekedar

angan yang memiliki tulisan 'SUCI' di punggungnya, aku dan Zinda menghentikan langkah kami di sebuah r

yang sebelumnya memintaku masuk lebih dulu se

gadis bermata sipit itu yang kini se

kotak kayu dari dalamnya. Mataku membola sempurna beberapa detik kemudian

en

ang temanku itu. Wajahku pasti lebih pucat sekarang menatap kedua manik

serak basahnya b

rah di tepiannya itu. Dia mengangkat kertas-kertas bertuliskan air mail di bagian bel

benar semua ini, Neng?" tanya Zinda m

ak bermaksud membohonginya karena respons

kertas-kertas itu dari lama. Siapa saja sekarang yang sudah

ap Zinda. Penasaran bagai

rasakan pelukan darinya. Membeku begitu Zinda mem

raikan kedua lengan dan tubuh Zinda.

mengembangkan

ya. Pikiranku sudah mengembara memikirkan hal-hal buruk yang bi

angannya ke atas pahaku sembari mencondongkan tubuhn

aku dengan berbagai pikiran

t-surat kepunyaanku yang berasal dari Gus Fatih sebelum menjadi suamiku

adi dan memasukkannya kembali ke dalam kotak. Ia menyodorkan kotak kayu itu ke arahku dengan se

saja." Zinda men

nya begitu terasa sesak mendengarnya

sebelah tangan Zinda. "Jangan katakan

"Iya, Neng." Gadis itu kemba

ja. Itu pun kalau kami sama-sama berbaris di shaf pertama. Kalau aku memang selalu di shaf nomor satu, pa

. Dia pasti selalu sibuk di kantor ini seperti aku dulu saat masih menjabat ketua. Apalagi yang kudengar dari Dewi, sampai saat ini belum ada yang mengisi posi

?" Suara Zinda membawaku

gerjapk

apa hari setelah Neng dipanggil ke ndalem dulu. Apalagi saat di pondok gempar oleh berita pertunangan Neng dengan Gus Fatih. Aku benar-benar kag

elama ini Neng Zulfa terlihat selalu cuwek masalah lamaran laki-laki yang ingin memperistri njenengan. Surprise saja Neng mau menikah di usia Neng yang sekarang, pada

aku. Tidak menyangka dia sebegitu perhatiannya padaku, padahal dia tidak sedekat

s Fatih mengatakan segalanya. Kalian saling mencintai ternyata." Zi

aku langsung mer

encintai

idak tahu ya

apa tahu husnuzannya menjelma doa must

tapa lemahnya aku. Kueratkan pelukanku saat air mataku mulai terasa mengaliri

*

img

Konten

Bab 1 Prolog Bab 2 Pengantin Baru Bab 3 Soal Cucu Bab 4 Cuma Mimpi Bab 5 Amin Paling Serius Bab 6 Sepucuk Surat Cinta
Bab 7 Memorabilia Wisuda
Bab 8 Bulan Madu
Bab 9 Mutiara Mesir
Bab 10 Menghindar
Bab 11 Gus Adhim
Bab 12 Tangis Zulfa
Bab 13 Menebas Jarak
Bab 14 Kasih Sayang Adhim
Bab 15 Jalan-jalan
Bab 16 Bertemu Gadis Mesir
Bab 17 Manuver Gus Fatih
Bab 18 Perawatan Pengantin
Bab 19 Merasa Sempurna
Bab 20 Sisi Lain Gus Fatih
Bab 21 Kebersamaan Manis
Bab 22 Notifikasi HP Gus Fatih
Bab 23 Pesan Rindu
Bab 24 Bayangan
Bab 25 Tentang Mas Adhim
Bab 26 Hal-hal Ajaib Bersama Mas Adhim
Bab 27 Kabar Mengejutkan
Bab 28 Andil di Pesantren
Bab 29 Kedatangan Neng Shofiya
Bab 30 Gus Fatih vs Gus Aji
Bab 31 Resah
Bab 32 Deep Talk
Bab 33 Diperlakukan Berbeda
Bab 34 Pelengkap Cinta
Bab 35 Suka Cita
Bab 36 Shofiya dan Ketakutannya
Bab 37 Mimpi Buruk
Bab 38 Jebakan Shofiya
Bab 39 Ngidam
Bab 40 Tamu Istimewa
Bab 41 Rumah Makan Wonosalam
Bab 42 Lebih Dekat dengan Fakta
Bab 43 Aneh
Bab 44 Yang Seharusnya
Bab 45 Langkah Besar Shofiya
Bab 46 Gus Fatih, Gus Adhim, Gus Aji
Bab 47 Percakapan Dua Saudara
Bab 48 Peringatan Gus Adhim
Bab 49 Cinta Pertama dan Anak Pertama
Bab 50 Menyadari Sesuatu
Bab 51 Pengakuan Cinta
Bab 52 Badai Masa Lalu
Bab 53 Sabrina dan Pernyataannya
Bab 54 Luka Hati
Bab 55 Hampir Kehilangan
Bab 56 Duka
Bab 57 Amarah Aji
Bab 58 Buah Cinta
Bab 59 Keluarga Ndalem Kediri
Bab 60 Keputusan Zulfa
Bab 61 Pergi
Bab 62 Cinta Sabrina
Bab 63 Hari-hari di Kediri
Bab 64 Bertemu Kembali
Bab 65 Konversasi Dua Hati
Bab 66 Spesial: Wejangan Abah
Bab 67 Epilog: Cinta Sejati
Bab 68 Extra Chapter (1)
Bab 69 Extra Chapter (2)
Bab 70 Extra Chapter (3)
Bab 71 Extra Chapter (4)
Bab 72 Extra Chapter (5)
Bab 73 Extra Chapter (6)
Bab 74 Extra Chapter (7)
img
  /  1
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY