lebih baik tentu saja. Dan hal itulah yang dirasakan Anya saat ini. Gadis itu sudah menjadi saksi hidup perselingkuhan sang ayah sejak dirinya masih sangat
masih mendapatkan nafkah rutin yang dikirimkan sang ayah dalam jumlah besar, Anya ingin membuktikan diri ba
nggung sedih, malu juga derita ketika dikucilkan dari keluarganya sendiri
ung lamunan Anya. Gadis itu menarik tatapannya dari jendela besar dan be
nya tak punya opsi
g berbalas email dengan saya kan?" Pria itu
panggilan yang sebenarnya. Akan tetapi tak salah juga kan
au langsung bahas kerjaan?
ya, dari tadi belum sempat ma
an dengan dirinya. Namun Anya sadar diri kalau dirinya hanya penyedia jasa, sedangkan Senopati adalah client. A
a bertemu seca
tikan Senopati menghabiskan Spaghetti carbonara di hadapanny
garpunya di atas piring yang sudah kosong. Setelah menenggak sedikit minumannya,
ingin menyelidiki kegiatan seseoarang. Jadi saya juga perlu tau dengan persis dengan siapa saya bekerj
nasaran dengan sosoknya yang kata sahabatnya merupakan gadis menawan namun berperingai kaku dan tak bersahabat. Lalu so
persen dengan pekerjaan saya? lal
rcaya. Saya hanya ingin tau siapa sosok dibalik nama
mengaduk minuman dingin yang ia pesan. "Ahh.. jadi Anda meng
arin tentu saja untuk pekerjaan kamu, bukan untuk me
ya?" Anya sengaja mengalihkan topik pembicaraan lalu mengeluarkan tablet
esan dengan sikap Anya yang antipati dan memilih fokus dengan apa yang menjadi pekerjaannya saja. Jadi tanpa berniat mengulur waktu, Senopati
mau sedikit menggeser tempat duduknya mendekati kursi yang diduduki Seno. "Namanya Yosa, Yos
gkat memahami infor
r yang beberapa kali saya dengan dari rekan saya, dan sek
inya, apalagi gadis itu juga sudah sempat mencari tau tentan
-lambean itu bukan?" se
t terusik dengan bulu mata cantik dan lentik yang dimiliki oleh gadis yang baru ditemui beberapa jam lalu. Shiitt!! kenapa otak S
oleh ke arah Seno u
lu mengangguk mengiyakan. "I- i
g sempat mencari tau sekilas berbeka
n kursi. Berjarak dekat hingga bisa menghidu aroma manis parfum Anya r
aku dan terdengar tua sekali kalau melihat dari usia kamu yang ra
ke
penting jangan sampai tiga bulan atau mendekati tanggal pertunangan kami. Setidaknya apapun h
ertemuaan kita malam ini," balas Anya lantas mematikan
eparuh pambayaran yang saya janjikan sebe
bali ke tempat semula lantas mulai memakai masker dan sweater merah maroon yang tadi ia sampirkan di kursi kosong sebela
sekarang?" Seno men
an?" Anya kembali bertany
ut mengemasi ponsel dan dompet yang
da penguntit yang kerjanya diantar sama client
kerjaan rahasianya. Jadi mana mungkin gadis itu bersedia diantar olehnya. Apalagi j
ih Seno menggaruk leher b
nnya. Oke, saya pamit dulu kalau gitu, Mas ... Senopati. Selamat malam."
kedua kalinya dengan gadis berambut cokelat itu, ia baru menyadari perasaan tak asing yang mendadak menyusup ke dalam hatinya.
tupi rasa mengganjal itu. "Hmm,
embali menoleh dan memaku
ta berte
nt
a selama berhadapan dengan perempuan selama ini. Anya dan sikapnya yang
ini." Tanpa senyum basa-basi, Anya langsung me
wajah nih cewek?! tapi siapa?" gumam Seno
*