itu keluar tanpa menyentuhnya lebih jauh. Sepertinya, justru laki-laki itu muak dengannya dan itu bagus
agai seorang gadis dipertaruhkan," tekadnya dalam hati. Ia men
emegangi kepalanya. Ia meremas-remas rambutnya agar pusing yang ia rasakan sedikit berkurang. Suhu badann
ng cukup untuk meraih apa yang tersimpan di atas meja tersebut. Ia berhasil menggapai plastik putih dan mem
an ini agar aku lebih lama lagi hidup dan bisa lebih lama lagi ia siksa? Jangan harap." Almaira melem
t dan setiap persendian tubuhnya makin nyilu. Ia paham tubuhnya sedang memberikan sinyal agar ia
Almaira merasakan sakit dari dalam hatinya dan tak bisa ia bendung. Benar-benar harga dirinya sedang dalam kepiluan
Semuanya jatuh terhentak dan memberikan suara nyaring yang beriringan dengan tangisnya. Tak luput dengan meja kecil, terjungkal dan melesat cukup
*
ak waras k
berantakan. Pertama kali ia menyiapkan makanan bagi orang lain, ternya
enangis. Ia mengabai
nangis!!!" t
bil piring yang berserakan lalu membuangnya kosong ke
karang agar kau puas!"
ukku daripada membusuk di sini bersama laki-laki tak berm
akanan, apa itu begitu buruk
ewan peliharaanmu!" Almaira menyalang melemparkan teko yang telah habis airnya ke
kan kau sesuatu yang akan membuatmu men
yang aneh, seolah ia sedang memanggil sesuatu. Almaira terhenyak. Gadis itu diam dalam derai airmatany
potongan selanjutnya lalu sangat mengejutkan beberapa ekor monyet liar masuk ke dalam kamar itu. Anggara
buahan yang tercecer. Nasi goreng yang bercampur dengan debu itu pun tak luput dari sasaran mereka. Belum puas, hew
at!! Aaaa!!!" Gadis itu melempari monyet-
an pemandangan baru itu. Ia mengeluarkan rokokny
menjauhiku. Pergi!
sa putus. Rasa sakit tubuhnya t
a pergi!! "
an pernah sekali di kebun binatang. Ini jelas-jelas berbeda. Membuat seluruh nadinya mengalirk
sap rokoknya. Almaira tetap pada posisinya, hanya suara isaknya yang hampir tak terden
mengeluarkan suara aneh seperti memberi pertanda agar monyet-monyet itu keluar. Benar saja, mereka bergegas
rasanya hidupnya sekarang. Entah apa maunya takdir untuk dirinya. Ia merasa t
ti perintahku? Jika mau, aku bisa saja memerint
manusia! Kau ibli
minum obat ini atau monyet-
ebuah pisang yang tersisa di kantungnya. Ia b
tongan buah itu. Segera ia telan dan menutup mulutnya, memastikan apa yang sedang ditelann
afkanmu," gemertak gigi A
s. Ada sepotong roti yang masih utuh, cantik dalam bungkusannya. Menemani teko yang menjadi pelengkap, penghilang rasa lapar. Si Pemba
***************
rasa aman yang nyata ke dalam
lly
***************